Tampilkan postingan dengan label exclusive pumping. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label exclusive pumping. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Januari 2017

BOOSTER ASI, PERLUKAH?

Tulisan ini cukup panjang, boleh lah siapin cemilan dulu hehehehehehe.

"Ibu menyusui harus makan banyak, biar ASI-nya banyak."

"Makan katuk, bikin ASI banyak."
"Minum susu kedelai, biar ASI-mu banyak dan lancar."
Dan lain sebagainya.

Pernah mendengar kalimat tersebut?
Aku pernah banget sih hehehehehe.
Ada banyak sekali makanan, minuman bahkan suplemen yang dipercaya mampu memperbanyak ASI atau biasa dikenal sebagai booster ASI, sebut saja daun katuk, kacang-kacangan, fenugreek, daun pepaya, pare, dll, bahkan saat ini variasinya semakin beragam, seperti kukis, coklat, teh, susu, dll.
Namun apakah ibu menyusui memang perlu mengkonsumsi makanan, minuman atau suplemen secara khusus untuk memperbanyak ASI?
Aku akan mencoba sedikit sharing tentang ini.

Kita kenalan dulu yuks dengan booster ASI atau galactogogue
"A galactagogue is something that increases the production of breast milk such as certain herbs, foods, and a few prescription medicines." (Sumber : Breastfeeding Today)
Galactogogue adalah sesuatu yang meningkatkan produksi ASI, seperti beberapa jenis herbal, makanan dan obat yang diresepkan.

Sebenarnya mayoritas ibu TIDAK MEMERLUKAN booster ASI, kenapa? Karena mayoritas ibu mampu memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya, TANPA perlu konsumsi booster ASI.
"The average mother does not need galactagogues to increase or maintain supply." (Sumber : kellymom)
"Most mothers won’t need galactagogues (from the Greek “galacta” which means milk) as there are several ways to increase or maintain a milk supply without using herbs or medicines." (Sumber : Breastfeeding Today)

Ingatlah kembali prinsip ASI, yaitu supply by demand, yang artinya produksi akan selalu sesuai dengan permintaan atau kebutuhan, produksi ASI akan semakin banyak jika ibu rajin mengeluarkan ASI, 'mengosongkan' (aku pakai tanda kutip, karena sebenarnya payudara tidak akan benar-benar kosong jika ibu aktif mengeluarkan ASI) payudara, dengan cara menyusui langsung maupun perah ASI.
Selain itu, produksi ASI juga bisa dipengaruhi oleh mindset, sehingga ibu perlu memiliki mindset positif, yaitu yakin bahwa ASI cukup, yakin pasti bisa.

Kapan sebenarnya ibu perlu menggunakan galactogogue?

"If your milk supply is still not responding with skin-to-skin contact, breast compression, good positioning, frequent feeds, and pumping—then it might be a good time to try a galactagogue alongside. However, using a galactagogue on its own won’t normally increase your milk supply without efficient milk removal by your baby or a pump." (Sumber : Breastfeeding Today)

Jika produksi ASI tidak menunjukkan peningkatan dengan skin-to-skin contact, breast compression, posisi (perlekatan) yang baik, sering menyusui dan perah, maka mungkin ini adalah waktu yang baik untuk mencoba menggunakan galactogogue. Namun produksi ASI tidak akan bertambah hanya dengan menggunakan galactogogue tanpa rajin mengeluarkan ASI dengan cara menyusui maupun perah ASI.

Dari penjelasan di atas, maka sebelum memutuskan penggunaan booster ASI, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh dan seksama terhadap proses menyusui atau manajemen laktasi yang telah dilakukan si ibu. Penggunaan booster ASI atau galactogogue juga harus dengan pengawasan dokter atau konselor laktasi, karena penggunaan booster ASI yang salah juga akan mendatangkan resiko, salah satunya adalah abses payudara, dan ini bukan lah hal baik.

Lalu apakah ibu termasuk low supply atau tidak?

Sebelumnya aku ingin menginfokan bahwa mayoritas ibu tidak benar-benar memiliki supply ASI yang sedikit (kembali ingat yaah soal prinsip ASI), tapi karena berbagai alasan akhirnya ibu berpikir bahwa ASI-nya sedikit, ASI-nya kurang, ASI-nya tidak lancar, alasan seperti :
Bayi yang rewel.
1. Bayi tampak ingin terus menyusu.

2. ASI yang tidak rembes.

3. Payudara terasa lembut, lembek, tidak keras.

4. Hasil perah yang tidak sesuai harapan atau sedikit.

5. Tidak merasakan let down reflect (LDR).

6. Doktrin atau tekanan dari lingkungan bahwa ASI ibu tidak cukup untuk bayi.
Dst.

Ibu perlu ingat, bahwa produksi ASI juga dipengaruhi mindset ibu, sehingga jika ibu berpikir ASI sedikit, kurang, gak lancar, maka secara tidak sadar, mungkin ibu akan merasa tertekan, stress, bingung, putus asa sehingga mengganggu produksi ASI, apalagi jika akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan tambahan susu formula, maka kesempatan bayi untuk menyusu pun otomatis akan berkurang, dan hal ini tentu saja akan mengganggu produksi ASI (ingat kembali prinsip utama produksi ASI), ditambah lagi jika pemberian suplementasi menggunakan dot (demikian juga halnya dengan empeng, puting sambung), ini bisa menjadi awal bencana baru, karena dot menyimpan resiko bingung puting, baik total (bayi menolak menyusu langsung), maupun laten (bayi tetap mau menyusu, tapi daya hisapnya akan berkurang, seperti jika dia menyusu pada dot, dan hal ini akan mengganggu produksi ASI).

Ibu juga perlu mengetahui bahwa ASI yang tidak rembes, payudara yang terasa lembek, hasil perah yang sedikit, tidak dapat dijadikan ukuran seberapa banyak ASI yang diproduksi.
Payudara ibu kan gak punya jendela, jadi gak bisa diintip isinya, juga bukan galon isi ulang yang akan kosong dan perlu refill agar kembali ada isinya, payudara ibu adalah pabrik ASI yang terus-menerus berproduksi selama ada kebutuhan konsumen alias bayi.
Sementara hasil perah itu hanya bisa menunjukkan seberapa banyak ASI yang bisa ibu keluarkan, bukan seberapa banyak ASI diproduksi. Perah ASI memerlukan keterampilan tersendiri (practice makes perfect), suasana hati serta pikiran yang tenang, positif dan happy, plus lingkungan yang kondusif.

Jika bayi mendadak tampak semakin sering menyusu, mungkin bayi sedang mengalami fase growth spurt. Bayi juga senang sekali saat menyusu, karena dia merasa nyaman, aman, hangat, tentram, dekat dengan ibu, menyusu bagi bayi, lebih dari sekedar mengenyangkan perut, namun juga mengenyangkan jiwanya, yang penting, ibu wajib memantau tanda kecukupan ASI dan pertumbuhan bayi.
Sementara bayi yang rewel belum tentu karena dia merasa lapar, karena menangis adalah satu-satunya cara bayi berkomunikasi sebelum dia mampu bicara, sehingga bayi akan menangis jika merasakan hal yang tidak nyaman, seperti kepanasan, kedinginan, bosan, sakit, lapar, haus, kesal, cari perhatian, ingin dipeluk, takut, dll, pahamilah bahasa tanpa kata atau tangisan bayi ini, jika ibu panik, bayi bisa semakin rewel, karena emosi yang dirasakan ibu akan 'nyetrum' ke bayi.

Payudara yang terasa lembek bukan berarti menjadi tanda produksi ASI yang sedikit, jika ibu aktif mengeluarkan ASI, baik dengan cara menyusui langsung maupun perah ASI, maka payudara yang terasa lembek bisa menjadi pertanda baik, bahwa aliran ASI lancar dan stabil, sehingga tidak ada penumpukan di gudang ASI.
Payudara yang bengkak adalah tanda adanya penumpukan ASI di gudang ASI, bisa karena pengeluaran ASI yang tidak optimal atau karena ibu termasuk over supplier, dan ini sebenarnya bukan 100% kabar baik, karena payudara yang bengkak bisa berujung pada abses payudara.

"Potential causes of low milk supply
These things can cause or contribute to a low milk supply:

- Supplementing. Nursing is a supply & demand process. Milk is produced as your baby nurses, and the amount that she nurses lets your body know how much milk is required. Every bottle (of formula, juice or water) that your baby gets means that your body gets the signal to produce that much less milk.

- Bottle preference. A bottle requires a different type of sucking than nursing, and it is easier for your baby to extract milk from a bottle. As a result, giving a bottle can either cause your baby to have problems sucking properly at the breast, or can result in baby preferring the constant faster flow of the bottle.

- Pacifiers. Pacifiers can affect baby’s latch. They can also significantly reduce the amount of time your baby spends at the breast, which may cause your milk supply to drop.

- Nipple shields can be a useful tool in some cases, but hey can also reduce the stimulation to your nipple or interfere with milk transfer, which can interfere with the supply-demand cycle.

- Scheduled feedings interfere with the supply & demand cycle of milk production and can lead to a reduced supply, sometimes several months later rather than immediately. Nurse your baby whenever she is hungry.

- Sleepy baby. For the first few weeks, some babies are very sleepy and only ask to nurse infrequently and for short periods. Until baby wakes up and begins to breastfeed well, nurse baby at least every two hours during the day and at least every 4 hours at night to establish your milk supply.

- Cutting short the length of nursings. Stopping a feeding before your baby ends the feeding herself can interfere with the supply-demand cycle. Also, your milk increases in fat content later into a feeding, which helps baby gain weight and last longer between feedings.

- Offering only one breast per feeding. This is fine if your milk supply is well-established and your baby is gaining weight well. If you’re trying to increase your milk supply, let baby finish the first side, then offer the second side.

- Health or anatomical problems with baby (including, jaundice, tongue-tie, etc.) can prevent baby from removing milk adequately from the breast, thus decreasing milk supply.

- Mom’s health (uncontrolled anemia or hypothyroidism, retained placenta, postpartum hemorrhage…), previous breast surgery/injury, hormonal problems (e.g. PCOS), anatomical problems, medications she is taking (hormonal birth control, sudafed…), or smoking also have the potential to affect milk supply."
Sumber : Kellymom

Beberapa hal yang berpotensi menyebabkan produksi ASI yang sedikit :
- Suplementasi, pemberian PASI.

- Penggunaan botol dot.

- Penggunaan empeng.

- Penggunaan nipple shield (puting sambung).

- Jadwal menyusui yang tidak tepat.

- Bayi yang sering tidur, sehingga mengurangi jadwal menyusu bayi.

- Memotong durasi saat bayi menyusu (menghentikan proses bayi menyusu sebelum bayi kenyang dan berhenti menyusu)

- Hanya menggunakan 1 payudara saat menyusui. Usahakan tetap menawarkan kedua payudara saat menyusui, atau ibu bisa perah payudara yang belum disusui.

- Masalah kesehatan atau kelainan anatomi bayi (seperti tongue tie, jaundice, dll).

- Masalah kesehatan ibu (anemia yang tidak terkontrol, Hipotiroid, riwayat cidera atau operasi pada payudara, kelainan hormonal, kelainan anatomi, dll).

- Obat-obatan yang dikonsumsi ibu (seperti KB hormonal, dll).

- Merokok.


Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI

Sindrom ASI kurang jarang terjadi. Hanya 5% ibu yang betul-betul mengalami sindrom ASI kurang.

Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui tanda kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan pertama tanda kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan berat badan bayi. Tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI adalah :

Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan
Bayi menyusu 8 - 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.
Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua
Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.
Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal
Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI.
Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 - 7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan produksi ASI
Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir
Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari setelah lahir.
(Sumber : IDAI)

Masih berpikir produksi ASI sedikit dan perlu booster ASI?
Silakan kunjungi klinik laktasi terdekat, temui konselor laktasi agar bisa dievaluasi dengan seksama dan mendapatkan arahan yang tepat.

Aku sendiri telah menyusui 2 orang putri, dengan berbagai problematika yang ada, mulai dari anatomi puting yang tidak normal, PCOS, status karyawati swasta tanpa kebijakan dan fasilitas khusus untuk ibu menyusui, anak yang bingung puting laten, minim dukungan lingkungan (tapi juga tidak ditentang sih), dinyinyirin teman, sampai dengan anak dengan kelainan langka bernama Pierre Robin Sequence non isolated yang menyebabkan bayi tidak bisa menyusu langsung.
Aku pernah mencoba berbagai galactogogue, mulai dari sumber alami (susu kedelai, kacang hijau, katuk, daun pepaya, tape hijau, dll), herbal (fenugreek), teh, obat yang dijual bebas (hampir semua merk terkenal, dan ada juga yang belum terkenal sudah aku coba), kukis laktasi, dan TIDAK ADA satu pun yang bisa menambah produksi ASI dengan spektakuler, karena kenyataannya yah memang tidak ada galactogogue yang bisa menambah produksi ASI secara drastis dan tunggal (hanya minum galactogogue saja).
Umpama kue, galactogogue hanyalah frosting atau hiasan kue saja, yang kalau pun tidak digunakan tidak akan menimbulkan masalah besar hehehehehehe.
Apa yang membuat aku bisa terus memberikan ASI adalah komitmen, disiplin untuk terus mengeluarkan ASI sesuai kebutuhan anak, dan positive thinking bahwa aku pasti bisa, ASI pasti cukup, sesederhana itu koq, gak mahal, gak ribet hehehehehehe.

Bonus, aku copy paste-kan tulisan mba Monik :

==================
Resep Kue Kering Laktasi (Untuk Perbanyak ASI)

Bahan :

- 3 lbs (1,36 kg)  menyusu sesuai keinginan bayi (nursing on demand)

- 2 lbs (0,9 kg)  kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) Ibu & bayi

- 2 c (220 gr)  tekad (Ibu) yang kuat

- 1 c (110 gr)  dukungan ilmu (sebanyak yang diperlukan Ibu)

- 1 c (110 gr) dukungan suami & lingkungan (sebanyak yg diperlukan Ibu -modified recipe)

Cara Pembuatan :

A. Untuk membangun produksi ASI :

- Campur kontak kulit dengan kulit dengan menyusu sesuai keinginan bayi yang banyak. Mulailah sedini mungkin secara sering.

- Pengeluaran ASI sangat penting terutama pada 2 – 3 minggu pertama (pasca persalinan) karena pada saat inilah saat terpenting produksi ASI dibangun.

- Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara Ibu maka makin banyak ASI yang diproduksi.

B. Untuk menjaga produksi ASI :

- Selalu berdekatan dengan bayi & biarkan ASI mengalir

- Perhatikan tanda2 bayi ingin menyusu sejak awal (Early Cues) seperti kepala bayi menengok ke kiri kanan (rooting) & memasukkan tangan ke mulut daripada menunggu bayi menangis (Tanda akhir / Late cues)

- Menyusu sesuai keinginan bayi = tidak membatasi waktu menyusu pada payudara / mengikuti jadwal menyusu yang kaku. Tetapi untuk bayi baru lahir (newborn) perlu menyusu setiap 2-3 jam sekali.

Catatan Tambahan saya : Pantau ketat tanda2 kecukupan ASI terutama pertumbuhan (growth bayi per minggu), bisa dibaca di buku ASI saya / :

http://theurbanmama.com/articles/apakah-asi-saya-cukup.html

Pesan Moral :

Kecewa tidak ketemu Kue Kering beneran yang bisa bikin ASI banyak –secara instan- ? :)

Karena pada prinsipnya bila Ibu ingin makan kue kering ya makan saja yang disukai, tidak perlu kue khusus yang ditujukan untuk membuat produksi ASI Ibu banyak.

Bila paham prinsip produksi & pengeluaran ASI serta peran hormon prolaktin & oksitosin akan paham kok gak usah tergantung suplemen, galactagogue ini itu untuk berhasil menyusui / mengeluarkan ASI.

Catatan tambahan lain : Galactagogue / booster ASI secara khusus diperlukan pada kasus2 khusus juga seperti program relaktasi berat & induksi laktasi

Sumber: Buku wajib La Leche League International (LLLI) : Womanly Art of Breastfeeding
Credit untuk rekan2 saya sesama La Leche League (LLL) Leader di Fairfax City - AS

Happy Breastfeeding :)
F.B. Monika
=====================

Jadiiiiii para ibu menyusui, makan dan minum lah apa saja yang ibu suka, yang bisa bikin ibu senang, selama makanan dan minuman itu tidak memiliki kontra indikasi dengan menyusui, tergolong sehat, bersih daaan bergizi seimbang.

Jadikan proses menyusui sebagai proses yang indah, spesial, simple, dan membahagiakan.

Goodluck mommies


Bekasi, 23 Januari 2017

Nanda

Rabu, 04 Januari 2017

EXCLUSIVE PUMPING? Yay or Nay



Aku telah meng-create sebuah supporting group bernama Tambah ASI Tambah Cinta sejak tahun 2011, meski saat ini TATC tidak seaktif dulu, namun aku sedikit banyak ikut memperhatikan perkembangan dunia laktasi.
Dulu masih belum banyak orang yang mengenal istilah exclusive pumping atau EPing, aku sendiri tidak pernah menemukan ada ibu lain yang menyarankan,"EPing saja, gak apa-apa koq, yang penting tetap ASI.", atau saran sejenis itu, namun kini ada perubahan.

Tahun 2014, aku melahirkan Kirana, yang rupanya mengalami kesulitan menyusu, bahkan beresiko tertutup jalan nafasnya jika dia menyusu langsung, karena Kirana mengalami Pierre Robin Sequence non isolated (kisah menyusui Kirana bisa di baca di part 1 dan part 2), sehingga aku pun tidak punya pilihan lain selain melakukan EPing untuk menghindari resiko besar bagi Kirana.
Sejak itu aku mulai mengenal dunia EPing, dan ketika Kirana berusia sekitar 8 bulan, aku menemukan sebuah grup EPing yang berpusat di luar negeri, karena ada seorang ibu dari grup tersebut yang menghibahkan breastpump untukku.

Jujur, aku sangat jarang mampir ke grup tersebut, dan awalnya sih merasa biasa saja, karena dulu yang aku perhatikan nampaknya sebagian member grup tersebut memang anaknya mengalami hambatan menyusu seperti sesama ortu dari anak PRS, bayi tongue tie yang tidak bisa latch on, bayi sakit berat, dll. Rasanya tidak banyak ilmu yang aku dapat di grup tersebut, lebih banyak seperti untuk fun saja, tapi cukup menyenangkan sih, apalagi kan ada perbedaan waktu di sana dengan di Indonesia, jadi pas mereka perah tengah malam, mungkin aku sedang perah pagi atau siang hari, dan butuh hiburan hehehehehehe.

Dan akhirnya entah sejak kapan, tiba-tiba di Indonesia pun membuat grup serupa.
Jujur untuk kali ini, entah mengapa aku agak khawatir sejak awal aku di add ke grup ini, ada kekhawatiran bahwa kampanye EPing di Indonesia akan membawa pemahaman yang salah, apalagi seiring waktu aku perhatikan tidak banyak membernya yang (mengaku) melakukan EPing memang karena alasan resiko medis, melainkan karena hal-hal yang BISA DICEGAH, seperti alasan bentuk puting, bingung puting, bahkan alasan (yang menurut aku) konyol seperti untuk memastikan bahwa ASI-nya benar-benar foremilk dan hindmilk atau malas belajar latch on yang benar.
Dan kini aku mulai sering menemukan ibu lain yang dengan ringan menyarankan,"EPing saja, gak apa-apa koq, yang penting kan tetap ASI, dan kamu gak sendirian.", beserta beberapa hal yang mengikutinya, seperti trend booster ASI dan breastpump.

Atas keresahan yang aku pribadi rasakan, maka aku menuliskan ini, aku akan coba membahas apa sih yang membuat ibu harus EPing, dan mengapa ibu harus memperjuangkan menyusui langsung ke payudara.
Semoga saja bisa dipahami dengan hati yang positif, gak pake baper, gak anggap tulisan ini menghambat LDR hehehehehehe.

Pertama, kita harus pahami dulu, apa sih EPing itu?
Exclusive pumping atau biasa disingkat EPing adalah HANYA perah ASI atau pumping, TANPA menyusui langsung, selama 24 jam, ibu harus melakukan perah ASI atau pumping setiap 2-3 jam sekali, secara terus-menerus selama 24 jam, selama ingin tetap memberikan ASI (anjuran pemberian ASI adalah minimal selama 2 tahun), gak ada libur, gak pake tapi, gak ada cuti hehehehehe.
Jadi kalau kamu masih bisa dan memang masih menyusui langsung bayimu, itu bukan EPing namanya, atau kalau kamu memberikan bayimu BUKAN ASI perah (ASIP), atau kalau kamu memberikan ASIP donor maupun susu formula, TANPA melakukan perah/pumping, itu juga BUKAN EPing yaah.

Nah, sudah paham yah apa yang dimaksud dengan EPing? Jangan bingung istilah lagi nih sekarang.
Lalu apakah EPing menyimpan resiko?
Tentu saja iya.
Aku sendiri melakukan EPing, dan menurut pengalamanku, EPing bukan pekerjaan mudah dan sangat beresiko terhenti di tengah jalan.
EPing juga stressful, dan membuat bayi kehilangan manfaat dari menyusui (apa sih manfaat menyusui langsung? Nanti dibahas di bawaj yaah), apalagi jika pemberian ASIP menggunakan dot, pastilah akan ada resiko dari penggunaan dot juga seperti resiko tersedak, gangguan perkembangan oromotor dan gigi, resiko overfeeding, resiko karies gigi, resiko bayi menelan potongan dot (jika mulai menggigit-gigit dot), resiko kontaminasi kuman penyakit, dll.
Jadi melakukan EPing bukannya problem free yaah, malah bisa menambah masalah dan menyulitkan bagi ibu.

Lalu kenapa sih ada yang namanya EPing?
Tentu saja karena memang ada ibu yang tidak memiliki pilihan lain selain melakukan EPing jika ingin tetap memberikan ASI, contohnya seperti yang aku alami, yaitu anak dengan resiko tinggi jika menyusu langsung.
Ada juga anak-anak yang terlahir dengan kelainan anatomi, sindrom, penyakit (selain PRS tentunya) yang menyebabkan feeding difficulty atau bahkan tidak bisa menggunakan mulut untuk minum, karena misalnya mengalami aspirasi (saat menelan, tidak menuju lambung, namun malah masuk ke paru-paru), tidak atau masih belum memiliki reflek menelan ataupun menghisap yang baik, dan kondisi medis lainnya.
Bayi yang terlahir premature, bblr juga mungkin membuat ibu perlu melakukan EPing sementara atau pun jangka panjang.
Ini adalah contoh-contoh kondisi yang membuat ibu HARUS melakukan EPing jika ingin terus memberikan ASI, dan tidak bisa ditawar, tidak bisa dicegah, karena resiko memaksakan diri untuk menyusui bayi secara langsung akan lebih besar dibanding dengan resiko jika melakukan EPing (gak ada yang lebih penting dari nyawa si kecil kan?).

Lalu bagaimana dengan ibu yang bekerja kantoran? Atau yang kerjanya jauuuuuuh terpisah dari bayi?
Sebenarnya ini bukan indikasi mutlak seorang ibu untuk melakukan EPing, PRINSIPNYA adalah ketika ibu berdekatan dengan bayi, susui bayi langsung dari payudara ibu.
Jika ibu terpisah jauh dari bayi, hingga jarang berkumpul, ada baiknya diusahakan agar ibu bisa tetap berkumpul dengan bayinya, misal ibunya mencari pekerjaan yang bisa berdekatan dengan bayi, atau bayinya diboyong agar bisa berkumpul bersama ibu, karena pada dasarnya anak tidak hanya membutuhkan ASI dan payudara, anak membutuhkan ibu, namun jika memang tidak memungkinkan maka kembali ke prinsip agar anak bisa menyusu langsung saat berdekatan dengan ibu.

Bagaimana dengan ibu yang putingnya abnormal? Putingnya datar, kecil, tenggelam, atau terlalu besar?
Untuk kondisi ini, yang terpenting adalah mencari posisi menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi, serta posisi perlekatan yang tepat.
Aku sendiri mengalami masalah ini koq, dulu juga masih berstatus karyawati saat menyusui Kasih (kisah menyusui Kasih bisa dibaca di sini), namun tidak melakukan EPing, dan tidak terpikirkan sama sekali untuk EPing.

Bagaimana jika ibu mengalami gangguan mood, depresi?
Sejujurnya untuk kasus yang satu ini, aku pun bingung bagaimana menjawabnya, karena EPing jelas bukan pekerjaan mudah yang menyenangkan, dan sangat mungkin membuat ibu yang tidak mengalami gangguan mood menjadi memiliki gangguan mood, karena kelelahan dan stress, lalu bagaimana jika yang memang benar mengalami depresi?
Aku sendiri tentu saja tidak melakukan EPing dengan kondisi mental yang baik (yeah apa bisa ibu menjadi bahagia saat menyaksikan anaknya sakit setiap hari, sakit kronik?), dan melakukan EPing menambah berat beban mentalku.
Apalagi stress bisa mengganggu produksi ASI, gimana ibu yang stress lalu pumping dan melihat,"Duh koq keluarnya cuma sedikit?".
Setahu aku pun, menyusui justru akan mengurangi resiko stress, depresi, kecemasan pada ibu.
Jadi untuk alasan yang satu ini, sampai saat ini masih belum bisa masuk ke logikaku, meski harus diakui, jika ibu benar-benar mengalami gangguan mood, depresi, cemas, dll, maka masalah ini harus diselesaikan untuk agar ibu kemudian bisa kembali menyusui dengan tenang dan bahagia.
IMHO jika pun dengan alasan ini lalu ibu mengatakan bahwa EPing akan menjadi pilihan, sebaiknya pemberian ASIP tidak menggunakan dot untuk mencegah bingung puting (beserta resiko penggunaan dot yang lainnya), dan selama memungkinkan, ibu bisa coba tetap menyusui bayinya sesekali.

Bagaimana jika bayi bingung puting?
Ini cukup sering aku temukan nih, EPing dengan alasan bayi bingung puting, segala cara telah dilakukan, tapi gak berhasil, jadi yah EPing saja.
IMHO bingung puting adalah alasan EPing yang sangat bisa DICEGAH, kenapa? Bingung puting disebabkan penggunaan dot, maka berikanlah ASIP dengan media selain dot (baca tentang media selain dot di sini), jangan coba-coba menggunakan dot jika tidak ingin anak mengalami bingung puting.

Kirana saat menggunakan OGT

Ayah pun bisa menyuapi ASIP menggunakan cup feeder

Bahkan kakak pun bisa membantu menyuapi ASIP menggunakan pipet (Kasih di foto ini berusia 4 tahun)

Ada koq yang pakai dot tapi anaknya tetap bisa menyusu langsung. Iya, tapi tidak ada 1 pun bayi dan tidak ada 1 pun jenis dot yang bisa 100% bebas dari resiko bingung puting, bahkan ada yang disebut bingung puting laten, pada kondisi ini, bayi tetap mau menyusu namun dengan daya hisap yang lebih lemah, karena terbiasa menggunakan dot, akibatnya ASI yang dikeluarkan saat bayi menyusu jadi tidak optimal, sehingga produksi ASI juga akan berkurang (ingat prinsip utama ASI adalah supply by demand), dan ini seringkali membuat ibu merasa 'aman', tidak tahu anaknya bingung puting, nati tiba-tiba supply ASI drop.

Bagaimana jika terlanjur bingung puting?
Ada suatu usaha untuk bisa kembali menyusui bayi, namanya RELAKTASI, maka lakukanlah relaktasi dengan sungguh-sungguh, stop penggunaan dot, keras kepala lah untuk bisa kembali menyusui.
"Bayinya ngamuk, nangis-nangis terus."
Begitulah bayi, dia kan sudah keenakan pakai dot, makanya pas kesenangan, kemudahannya dihilangkan yah dia marah, karena harus berusaha lebih keras saat menyusu dari payudara ibu, maka berjuanglah bersama bayi ibu.
Bayi ibu sedang berusaha untuk kembali mengenali payudara dan belajar kembali menyusu langsung, ini bukan hal mudah yang menyenangkan bagi bayi (pakai dot kan lebih mudah, perut kenyang juga), makanya dia menangis, marah, dan di saat seperti ini, ibu menjadi penyemangat dan tumpuan bayi, ibu perlu tetap tenang, agar bayi tidak semakin senewen (emosinya nyetrum looh dari ibu ke bayi), ibu perlu berjuang bersama bayinya, meski faktanya memang tidak mudah bagi ibu maupun bagi bayi, tapi berjuang bersama, semua akan berlalu dan insya Allah, ibu bisa kembali menyusui bayinya.
Gak berhasil relaktasi? OK lah kali ini ibu tidak berhasil relaktasi, ibu telah melakukan EPing untuk tetap memberikan ASI, it's okay, tapi ibu masih bisa belajar untuk terus memperbaiki diri, dan membantu sesama ibu agar bisa menyusui bayinya dengan optimal, untuk mencegah ibu lain melakukan EPing jika tanpa indikasi kuat.

Apa sih menyusui itu?
Menyusui atau dalam bahasa Inggris disebut BREASTfeeding yang berasal dari breast (dada) dan feeding (makan), maka bisa disimpulkan bahwa BREASTfeeding adalah cara memberikan makanan langsung dari dada, dalam hal ini adalah payudara (sebutan dada untuk wanita).

"Breastfeeding, the method of feeding a baby with milk directly from the mother's breast. Also written breast feeding and breast-feeding." (Sumber : Medical Dictionary)
Menyusui, metode pemberian makan untuk bayi, berupa susu langsung dari payudara ibu.

"Breastfeeding is the normal way of providing young infants with the nutrients they need for healthy growth and development." (Sumber : WHO)
Menyusui adalah cara normal untuk menyediakan nutrisi bagi bayi agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat (mari kita jawab dalam hati masing-masing, cara yang paling normal yang dimaksud ini seperti apa)

Menyusui lebih dari sekedar memberikan ASI.
Kita tidak akan bisa memungkiri bahwa ASI memang cairan hidup, standar emas bagi anak-anak kita, namun menyusui langsung dari payudara pun memberikan manfaat ekstra yang tidak akan didapat dan pasti berbeda jika ibu tidak menyusui bayi, yaitu manfaat psikologi (bonding, rasa aman, rasa percaya, rasa nyaman, executive function), stimulasi oromotorik (menyusu pada payudara sangat berbeda dengan menggunakan dot, sehingga tentu saja stimulasi yang didapat pun berbeda).
Menyusui mampu meningkatkan kepercayaan diri ibu, mengurangi resiko ibu terkena gangguan mood (depresi, kecemasan), di mana jika ibu melakukan EPing bisa jadi justru menambah beban mental ibu, dan kelelahan fisik.
Ditambah dengan kabar bahwa saat bayi menyusu langsung pada payudara ibu, maka liur bayi saat menyusu, akan menjadi sinyal kebutuhan bayi yang kemudian membuat ASI menyesuaikan dengan kebutuhan bayi tersebut, ini tentu saja tidak akan didapat jika bayi tidak menyusu pada payudara ibu.

Eh kenapa sih aku koq kayaknya ngotot amat mendorong para ibu untuk menyusui langsung dari payudara?
Karena aku pejuang ASI garis keras, ASI nazi hahahahahahahahahaha.
Yah enggak laaah, tapi karena ibu perlu tahu bahwa EPing pun menyimpan resiko, bahwa EPing bukan solusi melainkan pilihan terakhir saat menyusui benar-benar tidak mungkin dilakukan, bahwa menyusui itu lebih dari sekedar memberikan ASI, bahwa menyusui adalah cara paling wajar makhluk mamalia memberikan makan bagi bayinya yang belum bisa makan makanan padat, bahwa menyusui terlalu spesial untuk dilewatkan, bahwa menyusui terlalu indah untuk tidak diperjuangkan.
Selama ada setitik saja peluang untuk bisa menyusui, perjuangkanlah dengan keras kepala.
Seberat apapun tantangan menyusui yang ibu alami, berjuanglah, menyusuilah dengan keras kepala, karena ibu tidak akan pernah sendiri.
Temukan supporting group yang tepat, temui konselor laktasi.

Jadiiii setelah tulisan lumayan panjang ini, kesimpulannya EPing itu menjadi yay jika sesuai indikasi dan nay jika tidak sesuai dengan indikasi, sehingga selama bisa dicegah maka cegahlah, selama bisa berjuang untuk kembali menyusui, maka perjuangkanlah meski peluang itu hanya ada setitik.
Memang siih pada akhirnya keputusan dikembalikan kepada masing-masing, aku sendiri hanya bisa menyampaikan sedikit yang aku tahu dan rasakan sebagai sesama ibu maupun sebagai sesama pelaku EPing.

Ibu yang tangguh dan hebat adalah para ibu yang bersedia terus belajar melakukan yang lebih baik.
Dukunglah sesama ibu untuk menyusui, bantu bayi agar bisa menyusu pada payudara ibu.
Breast is best.
Goodluck mommies.

Bekasi, 4 Januari 2016

Nanda