Senin, 29 Agustus 2016

PROGRAM STIMULASI ORAL oleh Dr. Luh K. Wahyuni, Sp.RM

Ada beberapa program stimulasi oral yang pernah diajarkan kepadaku, fungsinya merangsang reflek menghisap, mengunyah dan menelan.

Stimulasi oral penting dilakukan kepada sebagian anak istimewa yang mengalami gangguan oromotor, tentu saja agar anak-anak ini bisa menggunakan mulutnya untuk makan dan minum, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kemampuan bicara.

Tentu saja untuk mengetahui apakah anak kita memiliki gangguan oromotorik atau tidak, dan agar stimulasi yang diberikan juga lebih tepat, mendaoatkan arahan langsung dari dokter, kita harus konsultasi dengan dokter, seperti dokter anak, dokter tumbuh kembang, atau dokter rehab medik anak.

Berikut adalah salah satu program stimulasi oral, yang diajarkan oleh seorang dokter residen di poli rehab medik anak RSCM. Ketika itu, usia Kirana sekitar 7,5 bulan.
Lakukan dengan tangan yang telah dicuci bersih pakai sabun, sehari minimal 2-3x.

PROGRAM STIMULASI ORAL
Dr.Luh K. Wahyuni,Sp.RM/Tim Poli Anak Rehabilitasi Medik - RSCM

I. Pipi→4x sehari→selama 2menit
1. Jari telunjuk taruh di dasar hidung
2. Tekan,lalu gerakkan jari secara memutar ke arah telinga lalu gerakkan turun ke arah sudut bibir
3. Ulang pada sisi yang lain

II. Bibir atas→4x sehari→selama 1menit
1. Jari telunjuk taruh di sudut bibir atas
2. Tekan
3. Gerakkan jari melingkar dari sudut ke tengah dan ke arah sudut yang lain
4. Gerakkan ke arah yang berlawanan

III. Bibir bawah→4x sehari→selama 1menit
1. Jari telunjuk taruh di sudut bibir bawah
2. Tekan
3. Gerakkan jari melingkar dari sudut ke tengah dan ke arah sudut yang lain
4. Gerakkan ke arah yang berlawanan

IV. Bibir atas dan bawah→2x untuk masing-masing bibir→1menit
1. Taruh jari telunjuk pada tengah bibir
2. Tekan,renggangkan ke bawah pada garis tengah
3. Ulangi pada bibir bawah,renggangkan ke atas

V. Gusi atas→2x sehari→1menit
1. Taruh jari telunjuk pada tengah gusi atas dengan tekanan lunak,gerakkan pelan ke belakang mulut
2. Kembali ke pusat mulut
3. Ulangi pada sisi sebelahnya

VI. Gusi bawah→2x sehari→1menit
1. Taruh jari telunjuk pada tengah gusi bawah dengan tekanan lunak,gerakkan pelan ke belakang mulut
2. Kembali ke pusat mulut
3. Ulangi pada sisi sebelahnya

VII. Pinggir lidah→2x sehari→1menit
1. Taruh jari pada pinggir lidah antara gigi molar dan gusi bawah
2. Gerakkan jari ke arah garis tengah,dorong lidah ke arah yg berlawanan
3. Segera gerakkan jari ke segala arah dalam pipi dan renggangkan

VIII. Pipi dalam
1. Taruh jari pada sudut dalam bibir
2. Tekan,gerakkan ke arah garis tengah,dorong lidah ke arah yang berlawanan
3. Segera gerakkan jari ke segala arah dalam pipi dan renggangkan

IX. Tengah lidah→4x sehari→1menit
1. Taruh jari telunjuk pada bagian tengah mulut
2. Tekan ke arah palatum durum selama 3detik
3. Gerakkan jari ke bawah,menyentuh bagian tengah lidah
4. Tekan lidah ke bawah dengan tekanan ringan
5. Segera gerakkan jari menyentuh pusat mulut pada palatum durum

X. Merangsang menelan
Taruh jari telunjuk pada bagian tengah mulut,pusat palatum kemudian usap secara lembut untuk merangsang menelan

Minggu, 21 Agustus 2016

STIMULASI OROMOTOR

Ini merupakan salah satu stimulasi oromotorik yang diajarkan kepadaku, dan menurutku yang ini paling simple dan mudah dilakukan hehehehehe.
Fungsinya adalah untuk merangsang reflek mengunyah, menelan.
Stimulasi ini diajarkan oleh terapis wicara, dilakukan sekitar 10 menit sebelum mulai makan, sebanyak minimal 2 kali per hari.

Aku coba menggambarkan dan menjelaskan dengan kata-kata, semoga bisa dipahami dan bermanfaat.
Namun demikian, jika anak mengalami gangguan oromotorik, sebaiknya tetap konsultasikan dengan dokter dan terapi agar mendapat arahan dan saran yang lebih tepat.

Sebelum mulai memijat, cuci tangan agar tangan bersih, minta ijin pada anak untuk memijat, lalu balur dengan minyak (bisa pakai EVOO, VCO, baby oil, dll), usapkan ke wajah anak.
Lakukan pijatan lembut dengan menggunakan ujung jari jempol, kira-kira sekitar 3 kali pengulangan setiap gerakannya, tidak perlu terlalu lama, berikut langkahnya :
1. Pijat area dahi, dari titik tengah ke arah ke luar (pelipis).
2. Pijat dari cuping hidung ke arah telinga, dengan mengikuti bentuk tulang pipi.
3. Pijat dari pelipis ke arah dagu, mengikuti bentuk wajah.
4. Pijat area bawah dagu (otot lidah), dari arah dagu ke arah leher (sedikit saja, jangan sampai kena tenggorokan).
5. Tekan lembut dagu hingga mulut mengatup, dan pijat lembut dagunya.
6. Pijat lembut area bawah hidung ke arah garis senyum dan ke arah bawah (bibir).

Pijatan ini hanya membutuhkan waktu sebentar, bisa dilakukan sambil ajak anak ngobrol, 
bisa sambil menyebutkan nama area yang di pijat, agar bisa sekalian jadi ajang mengenalkan nama anggota tubuh 
Jangan lupa agar tetap konsultasikan dengan dokter dan terapis agar mendapatkan arahan yang lebih tepat.
Videonya bisa cek di sini

Jumat, 12 Agustus 2016

Menyusui Kirana : Tantangan Langka part 1

Dalam rangka ikut meramaikan Pekan ASI Sedunia, maka saya akan menceritakan kisah menyusui dengan tantangan langka, dan inilah bagian pertama, memberikan ASI bagi Kirana selama dirawat di Rumah Sakit.
Setelah berhasil menyusui Kasih hingga sekitar usia 2 tahun 8 bulan dengan beberapa tantangan umum seperti flat nipple, inverted nipple, ngantor, pas-pasan supplier, aku merasa percaya diri, bahwa menyusui anak ke 2 akan lebih mulus, IMD akan dilakukan dengan baik.
Aku pun mulai melakukan 'belanja' faskes dan nakes, hingga sepakat untuk melakukan delayed cord clamping (DCC), IMD (Inisiasi Menyusu Dini), dan rooming in, namun apa daya, ternyata perkiraanku salah total.
Kirana terdiagnosa PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat) menjelang akhir masa kehamilanku, dan akhirnya kehamilanku pun diterminasi saat gestasi 37-38 minggu, Kirana lahir tanggal 8 Februari 2014, tak menangis, maka buyarlah harapanku untuk melakukan DCC dan IMD, karena Kirana segera dibawa ke NICU, saat itu aku masih belum membayangkan bahwa aku akan menghadapi tantangan menyusui dari sebuah kelainan langka.
Awalnya aku hanya mendengar pirobin, tanpa aku tahu tantangan apa yang akan kuhadapi, hingga akhirnya aku mengenal Pierre Robin Sequence (PRS), tapi aku masih belum tahu bahwa PRS akan membuat usahaku menyusui Kirana menjadi sebuah pengalaman luar biasa.
Pierre Robin Sequence adalah suatu kelainan langka dengan angka kejadian sekitar 1:8500, ditandai dengan dagu yang sangat kecil (micrognathia) dan atau lebih mundur (retrognathia), lidah yang 'jatuh' dan menutup jalan nafas (glossotopsis), serta langit mulut yang bercelah (cleft palate) atau tinggi (high-arched palate), hal ini membuat Kirana beresiko tertutup jalan nafasnya, apalagi dia juga mengalami laryngomalacia.
Setelah terlahir, dia segera dibawa ke NICU karena asfiksia, aku berusaha mengusir rasa gundah di hatiku, ibu mana yang bisa 100% tenang saat mengetahui anaknya berada di ruang ICU? Aku ingin segera memerah ASI ku agar produksi ASI terstimulasi sekaligus mengalihkan pikiranku, namun aku belum menyiapkan apapun, belum ada botol, apalagi breastpump, sementara tanganku yang memang mudah sekali ngilu akibat sering kena tendang saat dulu aku masih menjadi atlet, membuatku agak kesulitan jika harus memerah pakai tangan atau marmet, akhirnya aku menunggu sampai ada suster yang datang ke ruangan.
Siang itu, seorang suster datang, aku menanyakan cara agar aku bisa meminjam botol dan juga breastpump, suster pun bertanya,"ASI-nya sudah keluar bu?", sambil memeriksa payudaraku, lalu kembali berkata,"Ini sih belum ada isinya bu, dipijit saja dulu yaah.", namun karena aku tetap bertanya, maka suster memberikan info bahwa aku bisa meminjam botol di ruang NICU, maka saat jam jenguk sore, aku pun meminjam beberapa botol dari ruang NICU, dan segera di malam harinya aku mencoba memerah ASI, perah pakai tangan atau tehnik marmet, dan ternyata payudaraku yang sempat dibilang masih 'kosong', bisa menghasilkan 10ml kolostrum, cairan emas yang memiliki manfaat luar biasa.
Saat itu Kirana masih dipuasakan, saat aku perah pun hari sudah malam, kalau tidak salah, sudah sekitar jam 23.00, sehingga ASIP aku simpan di kulkas yang berada di nurse station ruang rawatku, sejak malam itu aku mulai rutin perah setiap 2-3jam sekali, toh aku tak ada kesibukan lain, sehingga perah ASI bisa mengisi waktu kosongku, dan hasilnya pun aku kumpulkan untuk Kirana.
Keesokan harinya sekitar jam 12, dengan sumringah aku menuju ruang NICU, aku membawa beberapa botol ASIP yang masih tampak sangat kuning, untuk Kirana, aku menyerahkan kepada suster yang merawat, suster pun berkata,"Bayinya sudah boleh minum ma, ini untuk nanti sesi jam 15.", aku terkejut, mengapa disimpan untuk jam 15, padahal Kirana sudah boleh minum? Rupanya seorang suster yang merawat Kirana, telah memberikan susu formula, tanpa seijinku ataupun suamiku, padahal aku masih berada di ruang perawatan yang hanya berbeda lantai dengan ruang NICU, aku pun marah, karena memberikan susu formula tanpa ijin itu menyalahi aturan, namun suster berkelit, bahwa dokter telah menginstruksikan Kirana boleh minum baik ASI ataupun susu formula.
Jujur, saat itu aku sangat kesal, padahal ASIP sudah siap sejak malamnya, tapi aku kecolongan, Kirana diberikan susu formula tanpa ijin, sebanyak 2cc. Rasanya ingin memproses kejadian tersebut, namun suamiku mengingatkan aku untuk tidak terlalu keras karena Kirana masih dirawat di sana, sehingga aku pun menahan diri, lagipula jujur, aku pun saat itu tidak tahu harus mengadu ke mana. Aku menegur suster yang melakukan hal tersebut, dan meminta agar hal tersebut jangan sampai terulang.
Seminggu aku berada di ruang perawatan, semua masih terasa 'mudah', makan minum selalu terjamin, aku tak punya kegiatan lain selain perah ASI sambil menunggu waktu untuk menjenguk Kirana di NICU, sehingga perah rutin setiap 2-3jam sekali juga relatif mudah dilakukan, aku bisa jelas melihat perubahan warna ASI sejak hari pertama kelahiran, mulai dari berwarna sangat kuning hingga akhirnya menjadi putih gading seperti warna susu pada umumnya, demikian juga kuantitas hasil perahku, mulai dari 10ml hingga menjadi 100ml bahkan lebih, dan semua itu lebih dari cukup untuk asupan Kirana, aku bahkan membuat kulkas penuh sampai beberapa suster bertanya bagaimana caranya aku bisa mengumpulkan ASIP sebanyak itu, padahal aku ini bukan tipe over supplier, aku justru tipe pas-pasan supplier heheehheehee. Namun komitmen dan disiplin perah membuat ASIP-ku tampak banyak.
Akhirnya tiba saat aku tak bisa lagi tinggal di ruang perawatan paska persalinan di RS, aku harus pulang, sementara Kirana masih harus berada di RS. Saat itu tentunya aku masih dalam masa nifas, aku menumpang di rumah mertuaku agar jarak ke RS sedikit lebih dekat jika dibandingkan dari rumahku sendiri, namun setiap 3-4 hari sekali aku pulang ke rumahku sendiri, dan 'libur' mengunjungi Kirana. Jadwal perahku mulai sedikit terganggu namun masih cukup rutin, setiap hari aku bolak-balik ke RS, namun bukan untuk setor ASIP, karena stok ASIP Kirana sangat cukup yang aku tinggalkan di kulkas RS, aku membawa stok ASIP hanya jika stok di RS sudah menipis, aku setiap hari menempuh jarak sekitar 24 km, menggunakan angkutan umum demi mengunjungi Kirana meski hanya bisa menjenguk sesuai jadwal, tidak bisa menemani sepanjang hari, dan jika aku 'libur' untuk kembali ke rumahku dan meluangkan waktu bersama Kasih, aku akan sampaikan hal ini kepada Kirana, aku yakin dia memahami pesanku, dan ayahnya juga akan datang menjenguk dia.
Hari terus berlalu, Kirana masih terus menggunakan OGT untuk minum, dia akan membiru (cyanosis) jika minum melalui mulutnya, namun sebagian perawat di RS terus berusaha melatih dia minum per oral, meski ada sebagian yang tidak berani melakukannya. Ada senam wajah yang juga dilakukan untuk merangsang reflek menghisap, menelan, aku pun diajari untuk melakukan terapi ini.
Aku dilatih untuk memberikan minum melalui OGT, sebagai persiapan membawa pulang Kirana, hingga akhirnya Kirana diijinkan pulang tepat 1 bulan kurang 1 hari Kirana dirawat, aku membawa Kirana pulang, dengan OGT yang masih menempel manis di mulutnya, dengan tubuhnya yang tampak mungil dalam pelukanku, beratnya saat pulang adalah 2,6kg, sementara tubuhku besar, sehingga orang seringkali berkata,"Anaknya umur berapa? Kecil yah, padahal ibunya besar.", tapi tak mengapa, Kirana ku memang mungil, dia seperti peri imut yang cantik, aku senang bisa memeluknya dan membawanya pulang setelah hampir 1 bulan aku harus bolak-balik ke RS, meski aku tak tahu tantanganku masih panjang membentang, demikian juga tantangan menyusuiku, sebuah tantangan langka, yang akan kulanjutkan kisahnya nanti.