Hari itu tiba-tiba aku menyadari bahwa Kirana mengalami ikterus, telapak kaki dan tangannya tampak jelas berwarna kuning, sehari sebelumnya urine Kirana berwarna kuning kecoklatan, hampir mirip teh, dan ketika aku lihat matanya, tamlak semburat kuning, masih tak tampak jelas,"Ada apa ini? Matanya kuning, ini bukan karena kelebihan karoten. Liver problem? Ya Allah, apa lagi ini?", perasaan tak enak menyeruak, bad feeling, terasa jauh lebih berat dari yang pernah ada, rasanya seperti ada sesuatu yang beraaaaattttt sekali, mengerikan, mengkhawatirkan, aku tahu itu bukan hal sepele, tapi aku tak mampu menebak apakah itu.
Aku membawa Kirana ke DSA dekat rumah, dari bahasa tubuhnya aku lihat keraguan, apakah memang Kirana kuning atau tidak, namun dia menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lab.
Beberapa hari kemudian aku melakukan kunjungan ke poli gastro-hepato yang biasa kami kunjungi, pemeriksaan lab dilakukan, dan hasilnya cukup mencengangkan, fungsi hatinya kacau balau, SGOT, SGPT, alkali phosphate, gamma gt, semuanya tinggi, jauh di atas nilai normal, bahkan ada yang hampir mencapai 100x lipat nilai normal, namun sayangnya dokter sudah terlanjur pulang, sehingga komunikasi dilalukan melalui telepon, dokter hanya mengatakan,"Ada kelainan hati, tapi kita perlu USG hati untuk mengetahui kelainan apa itu.".
Beberapa hari kemudian aku melakukan kunjungan ke poli gastro-hepato yang biasa kami kunjungi, pemeriksaan lab dilakukan, dan hasilnya cukup mencengangkan, fungsi hatinya kacau balau, SGOT, SGPT, alkali phosphate, gamma gt, semuanya tinggi, jauh di atas nilai normal, bahkan ada yang hampir mencapai 100x lipat nilai normal, namun sayangnya dokter sudah terlanjur pulang, sehingga komunikasi dilalukan melalui telepon, dokter hanya mengatakan,"Ada kelainan hati, tapi kita perlu USG hati untuk mengetahui kelainan apa itu.".
Keesokan harinya, aku membawa Kirana ke RS yang berbeda untuk menemui DSA langganan, kebetulan dokter tidak di tempat saat kami datang , sehingga kami menemui dokter lain yang juga sudah tahu riwayat Kirana, dan kebetulan adalah konsulen gastro di RS tersebut.
"Rawat inap yah bu, ini sudah emergency, kita harus segera mencari tahu apa yang terjadi. Hasil lab seperti ini, dan sudah ada pembesaran hepar, ini sudha emergency, harus rawat inap.", demikian instruksi dokter, dan beliau merujuk Kirana ke RS yang biasa kami datangi dengan alasan, kelengkapan alat dan obat.
Hari itu Kirana langsung opname, masuk melalui UGD, dan akhirnya kami tahu apa yabg terjadi.
"Ini kista bu, bawaan lahir. Memang kadang tidak bergejala"
"What?! Kista? Bawaan lahir? Yaa ampuun, ke mana aja kamu selama ini Nanda? Kamu yang 24/7 mengurus Kirana, kenapa sampai tidak menyadari hal ini?", aku menggerutu dalam hati, hatiku berkecamuk antara terpukul, sedih, marah, kecewa dan hampir tak percaya.
"Lalu apa yang bisa dilakukan dok?"
"Pilihannya hanya operasi atau tidak, nanti tergantung hepatolog-nya yah bu."
Hari itu Kirana langsung opname, masuk melalui UGD, dan akhirnya kami tahu apa yabg terjadi.
"Ini kista bu, bawaan lahir. Memang kadang tidak bergejala"
"What?! Kista? Bawaan lahir? Yaa ampuun, ke mana aja kamu selama ini Nanda? Kamu yang 24/7 mengurus Kirana, kenapa sampai tidak menyadari hal ini?", aku menggerutu dalam hati, hatiku berkecamuk antara terpukul, sedih, marah, kecewa dan hampir tak percaya.
"Lalu apa yang bisa dilakukan dok?"
"Pilihannya hanya operasi atau tidak, nanti tergantung hepatolog-nya yah bu."
Rasanya ingin berteriak atau menangis sejadinya, saat itu juga, namun gengsi mengalahkannya, aku menangis saat sudaj kembali ke kamar, aku melihat bagaimana suamiku tampak terpukul, suaranya bergetar saat mendengar bahwa ada kista di tubuh Kirana.
Namun tak lama, aku tahu aku harus bergerak cepat, ada bom waktu yang harus dijinakkan segera, tanpa salah langkah, maka aku memilih segera mencari informasi tentang kista duktus koledokus, apa itu, bagaimana penanganannya, apakah ada opsi selain operasi, dll.
Akhirnya 2 September 2015, Kirana dioperas, kistanya diangkat, isinya cairan sebanyak 150ml, dan sudah terjadi sirosis bilier tahap awal.
Namun tak lama, aku tahu aku harus bergerak cepat, ada bom waktu yang harus dijinakkan segera, tanpa salah langkah, maka aku memilih segera mencari informasi tentang kista duktus koledokus, apa itu, bagaimana penanganannya, apakah ada opsi selain operasi, dll.
Akhirnya 2 September 2015, Kirana dioperas, kistanya diangkat, isinya cairan sebanyak 150ml, dan sudah terjadi sirosis bilier tahap awal.
Kista koledokus didefenisikan sebagai suatu dilatasi terlokalisasi atau difus dari traktus bilier yang dapat terjadi secara kongenital maupun akuisita. Adanya dilatasi ini mengganggu aliran empedu ekstrahepatik, aliran empedu intrahepatik, maupun keduanya nantinya akan menyebabkan obstruksi saluran empedu dan bahkan duodenum. Dilatasi paling sering terjadi pada duktus koledokus (common bile duct), tapi dilatasi saluran empedu intra hepatik saja atau berkombinasi dengan abnormalitas saluran ekstrahepatik juga mulai banyak ditemukan. (Sumber : arifsanjaya45).
Penyebab kista duktus koledokus masih belum diketahui.
Choledochal cysts are relatively rare in Western countries. Reported frequency rates range from 1 case per 100,000-150,000 to 1 case per 2 million live births.
International statistics
Choledochal cysts are much more prevalent in Asia than in Western countries. Approximately 33-50% of reported cases come from Japan, where the frequency in some series approaches 1 case per 1000 population (as described by Miyano and Yamataka).11 x
(Sumber : WebMD)
Kista duktus koledokus relatif lebih langka di negara barat, angka kejadiannya dilaporkan beragam dengan rentang 1 kasus per 100.000 - 150.000 sampai 1 kasus per 2 juta kelahiran hidup.
Namun di negara Asia cenderung lebih sering terjadi, diperkirakan sekitar 33-50% kasus terjadi di Jepang, frekuensinya diperkirakan sekotar 1 kasus per 1.000 populasi.
International statistics
Choledochal cysts are much more prevalent in Asia than in Western countries. Approximately 33-50% of reported cases come from Japan, where the frequency in some series approaches 1 case per 1000 population (as described by Miyano and Yamataka).11 x
(Sumber : WebMD)
Kista duktus koledokus relatif lebih langka di negara barat, angka kejadiannya dilaporkan beragam dengan rentang 1 kasus per 100.000 - 150.000 sampai 1 kasus per 2 juta kelahiran hidup.
Namun di negara Asia cenderung lebih sering terjadi, diperkirakan sekitar 33-50% kasus terjadi di Jepang, frekuensinya diperkirakan sekotar 1 kasus per 1.000 populasi.
Kista koledokus adalah penyebab paling sering ikterus obstruktif pada anak-anak, namun dapat juga gejala awalnya muncul pada usia dewasa. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh kista koledokus lebih sering merupakan gejala dari komplikasi-komplikasi yang ditimbulkannya, termasuk kolangitis, sirosis bilier, hipertensi portal, batu, dan pecahnya kista. Kista koledokus memiliki karakteristik gejala berupa nyeri perut berulang, ikterus episodik dan teraba massa dikuadran kanan atas abdomen.
Diagnosis
"Test
No laboratory studies are specific for the diagnosis of a choledochal cyst, but some may be used to narrow the differential diagnosis. The following tests may be helpful:
"Test
No laboratory studies are specific for the diagnosis of a choledochal cyst, but some may be used to narrow the differential diagnosis. The following tests may be helpful:
- Complete blood count with differential: Elevated white blood cell count with increased numbers of neutrophils and immature neutrophil forms may be noted in the presence of cholangitis.
- Liver function studies: Elevated hepatocellular enzyme and alkaline phosphatase levels are nonspecific for choledochal cysts.
- Serum amylase and lipase levels: Both may be elevated in the presence of pancreatitis, but they can also be elevated in the presence of biliary obstruction and cholangitis.
- Serum chemistry levels: Results may be abnormal if the patient is vomiting (hypochloremic, hypokalemic metabolic alkalosis)
Imaging studies
The following imaging studies may be used to assess patients with suspected choledochal cysts:
The following imaging studies may be used to assess patients with suspected choledochal cysts:
(Sumber : WebMD)
- Abdominal ultrasonography: Test of choice for the diagnosis of a choledochal cyst; can be useful for antenatal diagnosis.
- Abdominal computed tomography (CT) scanning and magnetic resonance imaging (MRI): Help to delineate the anatomy of the lesion and the surrounding structures; can also assist in defining the presence and extent of intrahepatic ductal involvement
- Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP): Useful for defining anomalous pancreatobiliary junctions and pancreatobiliary anomalies
Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik untuk penegakkan diagnosa kista duktus koledokus, namun beberapa tes mungkin bisa dilakukan untuk mempersempit diferensiasi diagnosa, yaitu :
• Hema rutin
• Pemeriksaan fungsi hati
• Serum amilase dan lipase levels
• Serum chemistry levels
• Hema rutin
• Pemeriksaan fungsi hati
• Serum amilase dan lipase levels
• Serum chemistry levels
Dan ada beberapa pemeriksaan dengan pencitraan yang juga hisa digunakan untuk menilai pasien yang diduga mengalami kista duktus koledokus, yaitu :
• USG abdomen
• CT dan MRI abdomen
• MRCP
• USG abdomen
• CT dan MRI abdomen
• MRCP
Surgery (operasi)
The treatment of choice for choledochal cysts is complete excision with construction of a biliary-enteric anastomosis to restore continuity with the gastrointestinal tract.
The treatment of choice for choledochal cysts is complete excision with construction of a biliary-enteric anastomosis to restore continuity with the gastrointestinal tract.
Pilihan penanganan untuk kista duktus koledokus adalah operasi yang sesuai dengan tipe kista duktus koledokus.
Ada 5 tipe kista duktus koledokus (untuk lengkapnya bisa dilihat di WebMD).
Ada 5 tipe kista duktus koledokus (untuk lengkapnya bisa dilihat di WebMD).
Kirana sendiri menjalani operasi, sehingga saat ini kista tersebut sudah tidak ada di tubuhnya, dan Kirana menunjukkan progress tumbuh kembang yang lebih baik.
Kirana paska operasi pengangkatan kista duktus koledokus
Sekarang gimana anaknya bunda.tubuhnya sudah normal belum.kuningnya hilang tidak bunda.soalnya sya juga di diagnosa sakit itu juga.sekarang masih nunggu jadwal oprasinya
BalasHapusMaap ya bunda mau nanya pasca ooerasi giman keadaan anak nya, sudah sembuh 100%
HapusHalo unknown gimana ibu, apakah sudah melekukan operasi, anak saya baru 6 bulan selesai opeeasi penyakit ini, saya sendiri sebenarnya mau menanyakan, apakah ada pasien disini setelah opeeasi, baik baik saja
BalasHapusAnak saya juga mengidap penyakit yang sama seperti kirana Bun,, setalah dioprasi sekarang bagaimana keadaan kirana
BalasHapusHalo...putri saya jg operasi bulan sept kemaren...sekarang ga bisa kontrol karna covid 19..gimana keadaan anak ibu2 yg disini hbs operasi
BalasHapusAnak Saya Mahasiswa semester 6 dgn gejala sakit perut sampai nyeri dipunggung setelah di diagnosa terdapat batu empedu akhirnya ke dokter bedah degesif setelah dioperasi teryata ada kista duktus Caledukus type 2 akhirnya dilakukan pengambilan kantong empedu dan kistanya . Sekarang tepat 1 tahun Operasi Alhamdulillah sehat selalu
BalasHapushallo bunda2 anak saya juga mengalami seprti kirana..dan jadwal operasi akan dilaksanakan nanti tgl 5 april 2022..mau tanya pemulihan pasca operasi nya brp hari ya bun...anak saya 7 bulan.sekarang bagaimana keadaan kirana?
BalasHapusHalo bunda anak sy 9 thn jg ada kista duktus koledokus. Kami sangat syok dg berita ini.
HapusMohon info operasi ananda pake metode apa & bagaimana kondisi pasca operasi saat ini?🙏
Bunda, anak saya sudah sebulan sejak operasi. Sampai saat ini baik baik saja, tp saya selalu khawatir dan takut. Bunda bunda disini yang anaknya sama, bagaimana kondisinya dalam jangka panjang?
BalasHapusHalo bun, adakah komunitas atau wag untuk sharing2 terkait kista koledokus ini?
BalasHapus