Minggu, 29 Januari 2017

MENGENAL HOAX DI BIDANG KESEHATAN

Di era digital seperti saat ini, informasi sangat mudah didapatkan, sehingga kadang kita sulit membedakan apakah informasi yang kita terima adalah informasi benar atau hoax.
Beberapa waktu yang lalu, aku sempat membuat kulwap (kuliah WhatsApp) PRS TALK, kulwap kali ini dilakukan bersama dengan kulwap yang diadakan di grup LDHS dan Autoimmune Warrior, semuanya adalah grup WA bagi penyintas autoimun dan menerapkan program Lima Dasar Hidup Sehat yang dikampanyekan Marisza Cordoba Foundation (Smile with ITP) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Kulwap ini dilaksanakan bersamaan di lebih dari 6 WA group (termasuk 1 grup PRS dan 1 grup PRS Talk).

Berikut adalah ringkasan KULWAP PRS TALK yang dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2017.

MENGENAL HOAX DI BIDANG KESEHATAN
dr. Widya Eka Nugraha
(dokter umum, konselor genetik)
RS Medika Dramaga

Hoax di bidang apapun punya beberapa ciri-ciri: lebay, anti-mainstream, penuh ancaman, dan ujung-ujungnya komersial. Di Indonesia, hoax bisa mendatangkan 600 sampai 700 juta rupiah per tahun, sedangkan di luar negeri, angkanya bisa mencapai 200.000 dollar Amerika.

Hoax adalah pemberitaan palsu yang sengaja dibuat dan disebarkan untuk menyamarkan kebenaran. Hoax berasal dari kata hocus yang dalam Bahasa Yunani merupakan kata kerja bermakna mencurangi atau memaksakan.

Kata hocus juga kita kenal lewat mantera hocus pocus, yang dengan mantera ini seorang pesulap mengelabui penontonnya. Di era digital, banyak bermunculan pesulap-pesulap media yang mengelabui netizen dengan hoax-nya. Apalagi di bidang kesehatan, seseorang bisa meninggal akibat henti jantung gara-gara minum herbal tertentu padahal gagal ginjal kronik.

Lalu bagaimana mengenalinya?

Ada dua unsur yang harus dinilai dalam menimbang apakah sebuah artikel merupakan hoax atau bukan. Yang pertama adalah isi, yang kedua adalah sumber. Dengan menilai kedua unsur tersebut secara sistematis, kita dapat mengetahui apakah suatu artikel merupakan hoax atau expert opinion.

ISI

Artikel hoax cenderung menggunakan gaya bahasa hiperbolis, emosional, menggebu-gebu, dan persuasif. Pendapat yang digunakan umumnya anti-mainstream. Bukan berarti suatu artikel hoax bertentangan dengan logika, justru sebaliknya, kebanyakan hoax amat masuk akal bagi orang-orang yang menggunakannya secara parsial.

Kesesuaiannya dengan logika parsial inilah yang menjadikan hoax dipercaya oleh banyak orang. Tetapi, karena yang digunakan adalah logika parsial, maka logika ini menjadi tidak konsisten ketika berhadapan dengan logika atau hukum alam lainnya.

Contohnya sebagai berikut: seorang Ibu memiliki anak. Anaknya ini mengalami autism spectrum disorder setelah divaksin MMR. Lantas, si Ibu membuat artikel yang menyebutkan bahwa vaksin MMR menyebabkan autism.

Sekilas terlihat logis bukan? Habis divaksin MMR kemudian autism. Pastilah vaksin MMR penyebabnya!

Tetapi, sayangnya logika yang digunakan hanya bersifat parsial. Bagaimana dengan anak yang diberi permen kemudian menjadi autism, apakah permen menyebabkan autism? Apakah suatu kejadian X yang mendahului fenomena Y pasti merupakan suatu hubungan sebab-akibat alias kausalitas?

Untuk mengetahui apakah vaksin MMR menyebabkan autism, kita harus membuktikannya lewat uji statistika.

Sebagai gambaran, anak-anak yang mendapatkan vaksin MMR diperiksa, berapa banyak di antara mereka yang mengalami autism. Demikian juga sebaliknya, anak-anak yang mengalami autism ditelusuri kembali, apakah mereka mendapatkan vaksin MMR atau tidak.

Jika kita mendapatkan gambaran bahwa sebagian besar anak-anak yang mendapatkan vaksin MMR tidak mengalami autism dan sebagian besar anak-anak yang mengalami autism tidak mendapatkan vaksin MMR, tentu sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa vaksin MMR dan autism tidak berhubungan.

Pada prakteknya, statistika menggunakan perhitungan yang jauh lebih rumit daripada ilustrasi di atas.

SUMBER

Artikel hoax dapat dipastikan memiliki masalah di sumber. Masalah tersebut bisa berupa: sumber yang tidak bisa dilacak, sumber yang tidak kredibel, atau opini ahli yang diputar-balikkan.

Banyak artikel hoax yang mencantumkan nama tokoh tertentu di dalamnya. Misalnya, pernah beredar hoax berikut:
__________________________________________________

Bypass jantung?
Kolesterol? Darah tinggi?
Sekarang tidak perlu operasi jantung lagi!

Tolong diteruskan kepada kolega atau teman--teman anda. Mudah membuatnya sendiri. Berguna melebarkan pembuluh darah vena jantung:

1 gelas sari lemon
1 gelas sari jahe
1 gelas sari bawang putih
1 gelas sari cuka apel

Penyempitan pembuluh vena akan terbuka lagi. Teruskan kepada yang membutuhkan.

Salam,

Prof. Dr. S. Vikineswary.
Biotech Division Institute Biological Sciences
University of Malaya.
__________________________________________________

Pertama-tama harus kita lacak dahulu apakah Prof. Viki ini merupakan tokoh yang benar-benar nyata atau tidak. Kalau dia benar-benar nyata, kita harus pastikan apakah dia betul-betul bekerja sesuai artikel di divisi bioteknologi University of Malaya dan bukannya Universitas lain. Yang terakhir, kita harus pastikan juga apakah bidang keilmuannya cukup kredibel untuk membahas ilmu kedokteran. Kalau beliau ternyata adalah seorang Profesor di bidang kelautan, tentu menjadi tidak kredibel lagi bicara soal kedokteran.

Jika memang si Prof adalah seorang pakar di bidang kedokteran, maka artikel tersebut tergolong dalam expert opinion alias pendapat ahli. Kita harus tanyakan kepada beliau apakah si Prof pernah menyampaikan hal yang demikian. Jika tidak, itu namanya hoax.

Sah-sah saja bila kita ingin mengambil pendapat ahli. Tetapi, apabila pendapat ahli ini tidak ditunjang oleh data dari penelitian lain, maka sebaiknya jangan diambil.

KESIMPULAN

Jika kita ingin mengetahui apakah suatu artikel hoax atau bukan, amati isinya lalu cermati sumbernya. Isi yang menggunakan gaya bahasa hiperbolis dan logika parsial sangat mungkin merupakan suatu hoax. Sumber yang tidak bisa dilacak, tidak kredibel, atau diputar-balikkan tergolong sebagai suatu hoax.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Jangan pernah menyebarkan berita hoax. Jika anda menerima kabar hoax, telusuri kebenarannya dengan cara menghubungi sumbernya. Jika anda tidak tahu cara menghubungi narasumbernya, tanyakan pendapat ahli yang anda kenal lewat jalur pribadi.

Jangan bertanya di grup. Apalagi dengan narasi : cuma share dari grup sebelah. Gak tahu juga sih, kebenarannya ya... Itu menandakan anda malas dan tidak bertanggung-jawab.

Sebagaimana sebuah nasihat yang sangat bijak:

“Jika datang kepadamu suatu kabar yang tidak kamu ketahui kebenarannya, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum sehingga kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Semoga bermanfaat.

TANYA-JAWAB

Q ‬: Selamat malam.. Saya ingin bertanya: bagaimana bila ada artikel yg dinilai tdk evidence based on medicine, apa disebut hoax juga?

A : Tergantung sumbernya. Kalau sumbernya bisa dilacak dan diverifikasi, maka kita menyebutnya opini pribadi. Kalau si pribadi yang beropini meruoakan pakar di bidang pada artikel tersebut, maka kita menyebutnya opini ahli, dan keduanya bukan hoax.

Tapi kalau sumbernya tidak bisa dilacak dan diverifikasi, maka itu tergolong hoax.

Q ‬: Selamat malam dr. Widya dan mom wyn, perkenalkan saya mom deninda dari smrg mau bertanya. Sekarang ini banyak sekali BC ttg kesehatan yang notabene seringnya berita tidak benar. Tetapi kalau dari youtube itu bagaimana kebenaran beritanya ya. Misalkan ada yg share dr link youtube manfaat jeruk nipis utk kolesterol dll, ada juga yg share link youtube ttg kalau kebanyakan makan ikan lele itu jadi racun dan bla bla. Kl dr BC msh bisa dikenali itu hoax atau tdk. Tetapi kl dr link youtube bgm kebenaran berita tsb. Trmksh sebelumnya

A : Pada prinsipnya sama. Kalau dia tidak menyertakan sumber (hanya narasi suara yang tidak menyebutkan siapa nama si pemilik suara) maka itu adalah hoax. Kalau dia menyertakan sumber, kita menyebutnya opini pribadi. Kalau si pribadi yang beropini adalah pakar di bidangnya, kita menyebutnya opini ahli.

Contoh opini pribadi: video kesehatan Erikar Lebang.
Contoh opini ahli: video wawancara dengan dr. Aman Pulungan Sp.A.

Lantas bagaimana kalau ternyata opini pribadi tersebut bersumber dari suatu hoax? Kita tetap menyebutnya sebagai opini pribadi. Namun bolehlah kita meng-counter opini pribadi tersebut dengan argumen yang lebih kuat dan berbasis-bukti (evidence-based).

Ini namanya adab demokrasi. 😊

Q : Cara cepat dan jitu ngenali berita hoax atau kabar yg sudah diedit tidak sesuai fakta itu bgmn?
selain dr sumber dan yg disebutkan diatas.
Misalnya ttg politik
Terima kasiih

A : Kita tidak sedang membahas tentang politik. Counter-hoax kesehatan dan politik itu beda. Kesehatan madzhabnya sudah jelas ilmu kedokteran modern. Kecuali anda mau belajar tentang thibbun nabawi, Chinese medicine, homeopathy, dll, maka itu semua tidak diakui sebagai bagian dari evidence-based. Kalau politik, apakah anda seorang demokrat, republik, komunis, semuanya diakui sebagai madzhab politik yang setimbang.

Nah, kalau untuk kesehatan, cara paling cepat dan jitu adalah menggunakan prinsip berikut:

Jangan percaya berita apapun, kecuali sumbernya resmi.

Jauh lebih mudah memilih berita yang benar daripada menyeleksi berita yang salah.

Q ‬: Saya ada pertanyaan sehubungan dengan jawaban pertanyaan ke3.. disebutkan jangan percaya berita apapun kecuali sumbernya resmi. Yang saya tanyakan adalah
1. Contoh sumber resmi
2. Adakah media(website/institusi) yang bisa dijadikan tempat cross check yg terpercaya.
Terimakasih sebelumnya

A : Contoh sumber resmi: ikatan dokter anak indonesia, cdc, who, dan sejenisnya. Mitos = takhayul. Tidak boleh diikuti.

Q: Unt pertanyaan no 3. Bgaimana bila sumber itu datangnya dr mitos kta orang tua?

A : Maka ini dinamakan local wisdom. Local wisdom ini bisa berupa pengamatan empiris (berdasarkan pengalaman) atau superstition alias takhayul. Local wisdom yang berupa pengamatan empiris masih boleh kita gunakan, contohnya jamu tradisional. Sementara takhayul, tentu saja harus kita tinggalkan.

Contoh takhayul: gak boleh menjahit pas lagi hamil, nanti anaknya sumbing.

Q : Makasih ya mom wyn...
Iya pingin tahu kalau pengalaman ortu semisal kalau bayi belekan suruh ngasih asi...itu termasuk hoax apa bukan ya dok.
Makasih

A : Ini contoh wisdom. Tapi karena dari sumber resmi IDAI menganjurkan untuk ditinggalkan, maka sebaiknya ditinggalkan.

Q : Makasih mom...
Seringkali ada berita tentang manfaat tanaman apa untuk penyakit apa, nah berita seperti itu cara mengetahui apakah benar atau hanya hoax bagaimana ya...

A : 1. Perhatikan apakah terdapat gaya bahasa yang hiperbolis, lebay, dan persuasif. Kalau ada, kemungkinan besar hoax.

2. Apakah sumbernya bisa dilacak? Atau hanya berakhir di situ saja?

3. Kalau sumbernya bisa dilacak, apakah narasumber seseorang yang kompeten di bidangnya?

Ini sistematika paling ringkas untuk mendeteksi hoax. Biasanya sudah berakhir di langkah 1.

Q : Hoax bidang kesehatan yg sering kita temui di medsos bisa dilaporkan secara hukum juga ga? Kadang merasa miris saat ketemu hal yang udah dipercaya bahkan di pake banyak orang ternyata hoax aja

A : Wah, usulan menarik! Sampai saat ini saya belum menemukan kasus demikian. Coba bayangkan, kasus sangkal putung yang 'malpraktek'nya banyak banget aja belum ada yang masuk ranah hukum. Apalagi hoax? Kemungkinannya kecil...

Q: Tadi dokter menulis bahwa ada opini pribadi dan opini ahli. Ketika ada opini ahli kesehatan yg sangat terpercaya secara personalnya. Apakah opini tersebut bisa dipercaya sepenuhnya ataukah harus di kroscek seperti berita berita lainnya?
Dan kalau kita percaya dan menyebarkannya, apakah kita termasuk menyebarkan hoax karena mungkin opini ahli tsb belum tercover di media media rujukan resminya?

A : Nah, ini bahasan tingkat lanjut. Kita buat studi kasus saja ya?

Ada ahli X bilang A. Ada ahli Y bilang B. A dan B saling bertentangan sehingga tidak mungkin kedua-duanya benar. Apa yang harus kita lakukan?

Jawabnya: Ikuti kesepakatan lembaga tempat berkumpulnya para ahli. Kalau ternyata mereka lebih condong ke B, ya kita ikuti B. Demikian juga sebaliknya.

Ini contoh kasus yang ekstrim. Biasanya perselisihan pendapat para ahli tidak sampai setajam itu.

Tanggapan dari peserta lain : Menambahkan info untuk masalah lapor melapor berita hoax. Sekarang sudah ada Indonesia Turn Back Hoax di FB tp saya blm tau itu resmi atau tidak. Kalau tidak salah disana kita bisa melapor berita hoax dan biasanya mereka mencari klarifikasi fakta. Tp masih bersifat umum sih. Barangkali bisa membantu.

Q ‬: Kalau pengobatan dengan titik refleksi /pijat refleksi itu sebetulnya hoax/ atau memang ada evidence based on medicine?

A : Pertanyaan bagus! (Dan bikin mumet narasumber)

Ada bagian-bagian tertentu dari pijat refleksi yang secara evidence-based dapat diaplikasikan dalam situasi klinis tertentu. Artinya, ada bagian yang EBM, ada yang tidak.
Contoh yang EBM: pijat refleksi untuk myalgia.
Contoh yang tidak: pijat refleksi untuk menyembuhkan stroke.
Menyebarkan opini ahli, walaupun salah, tidak termasuk menyebarkan hoax. Tapi, kalau kita tahu di kemudian hari bahwa pendapatnya salah, maka sudah menjadi tanggung-jawab kita untuk membagikan hal yang benar.
Kalau belum ada rujukan resminya, ya sebaiknya jangan disebar dulu. 😁

Q : Misal begini Dok, kan kalau di bidang science ada itu riset. Nah, bisa nggak kalau riset sang ahli ini belum dipublikasikan dan di tes secara kelembagaan tp sang ahli tsb sudah menyebar infonya, ataupun ada seseorang yg sudah menyebarkan infonya? Atau tidak pernah ya terjadi kasus seperti itu? Karena jujur rasanya semakin banyak yg mengklaim hasil riset padahal entah sesuai SOP atau tidak.

A : Ilmuwan yang sudah melakukan riset tapi belum publikasi, tidak boleh menjadi rujukan kita dalam mengambil keputusan terkait kesehatan.

Q ‬: Yang saya tau kan ada terapi avasin ya kalau tidak salah. Metode nya mirip akupuntur tapi pakai alat seperti kayu dan terapis nya dokter avasin. apakah itu juga termasuk EBM?

A : Menentukan EBM atau tidak tergantung kasus per kasus. Kalau ada dokter yang melakukan itu, ya berarti dia sebagai terapis, bukan sebagai dokter.

Semoga bermanfaat dan silakan share seluasnya ☺

Minggu, 15 Januari 2017

BOOSTER ASI, PERLUKAH?

Tulisan ini cukup panjang, boleh lah siapin cemilan dulu hehehehehehe.

"Ibu menyusui harus makan banyak, biar ASI-nya banyak."

"Makan katuk, bikin ASI banyak."
"Minum susu kedelai, biar ASI-mu banyak dan lancar."
Dan lain sebagainya.

Pernah mendengar kalimat tersebut?
Aku pernah banget sih hehehehehe.
Ada banyak sekali makanan, minuman bahkan suplemen yang dipercaya mampu memperbanyak ASI atau biasa dikenal sebagai booster ASI, sebut saja daun katuk, kacang-kacangan, fenugreek, daun pepaya, pare, dll, bahkan saat ini variasinya semakin beragam, seperti kukis, coklat, teh, susu, dll.
Namun apakah ibu menyusui memang perlu mengkonsumsi makanan, minuman atau suplemen secara khusus untuk memperbanyak ASI?
Aku akan mencoba sedikit sharing tentang ini.

Kita kenalan dulu yuks dengan booster ASI atau galactogogue
"A galactagogue is something that increases the production of breast milk such as certain herbs, foods, and a few prescription medicines." (Sumber : Breastfeeding Today)
Galactogogue adalah sesuatu yang meningkatkan produksi ASI, seperti beberapa jenis herbal, makanan dan obat yang diresepkan.

Sebenarnya mayoritas ibu TIDAK MEMERLUKAN booster ASI, kenapa? Karena mayoritas ibu mampu memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya, TANPA perlu konsumsi booster ASI.
"The average mother does not need galactagogues to increase or maintain supply." (Sumber : kellymom)
"Most mothers won’t need galactagogues (from the Greek “galacta” which means milk) as there are several ways to increase or maintain a milk supply without using herbs or medicines." (Sumber : Breastfeeding Today)

Ingatlah kembali prinsip ASI, yaitu supply by demand, yang artinya produksi akan selalu sesuai dengan permintaan atau kebutuhan, produksi ASI akan semakin banyak jika ibu rajin mengeluarkan ASI, 'mengosongkan' (aku pakai tanda kutip, karena sebenarnya payudara tidak akan benar-benar kosong jika ibu aktif mengeluarkan ASI) payudara, dengan cara menyusui langsung maupun perah ASI.
Selain itu, produksi ASI juga bisa dipengaruhi oleh mindset, sehingga ibu perlu memiliki mindset positif, yaitu yakin bahwa ASI cukup, yakin pasti bisa.

Kapan sebenarnya ibu perlu menggunakan galactogogue?

"If your milk supply is still not responding with skin-to-skin contact, breast compression, good positioning, frequent feeds, and pumping—then it might be a good time to try a galactagogue alongside. However, using a galactagogue on its own won’t normally increase your milk supply without efficient milk removal by your baby or a pump." (Sumber : Breastfeeding Today)

Jika produksi ASI tidak menunjukkan peningkatan dengan skin-to-skin contact, breast compression, posisi (perlekatan) yang baik, sering menyusui dan perah, maka mungkin ini adalah waktu yang baik untuk mencoba menggunakan galactogogue. Namun produksi ASI tidak akan bertambah hanya dengan menggunakan galactogogue tanpa rajin mengeluarkan ASI dengan cara menyusui maupun perah ASI.

Dari penjelasan di atas, maka sebelum memutuskan penggunaan booster ASI, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh dan seksama terhadap proses menyusui atau manajemen laktasi yang telah dilakukan si ibu. Penggunaan booster ASI atau galactogogue juga harus dengan pengawasan dokter atau konselor laktasi, karena penggunaan booster ASI yang salah juga akan mendatangkan resiko, salah satunya adalah abses payudara, dan ini bukan lah hal baik.

Lalu apakah ibu termasuk low supply atau tidak?

Sebelumnya aku ingin menginfokan bahwa mayoritas ibu tidak benar-benar memiliki supply ASI yang sedikit (kembali ingat yaah soal prinsip ASI), tapi karena berbagai alasan akhirnya ibu berpikir bahwa ASI-nya sedikit, ASI-nya kurang, ASI-nya tidak lancar, alasan seperti :
Bayi yang rewel.
1. Bayi tampak ingin terus menyusu.

2. ASI yang tidak rembes.

3. Payudara terasa lembut, lembek, tidak keras.

4. Hasil perah yang tidak sesuai harapan atau sedikit.

5. Tidak merasakan let down reflect (LDR).

6. Doktrin atau tekanan dari lingkungan bahwa ASI ibu tidak cukup untuk bayi.
Dst.

Ibu perlu ingat, bahwa produksi ASI juga dipengaruhi mindset ibu, sehingga jika ibu berpikir ASI sedikit, kurang, gak lancar, maka secara tidak sadar, mungkin ibu akan merasa tertekan, stress, bingung, putus asa sehingga mengganggu produksi ASI, apalagi jika akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan tambahan susu formula, maka kesempatan bayi untuk menyusu pun otomatis akan berkurang, dan hal ini tentu saja akan mengganggu produksi ASI (ingat kembali prinsip utama produksi ASI), ditambah lagi jika pemberian suplementasi menggunakan dot (demikian juga halnya dengan empeng, puting sambung), ini bisa menjadi awal bencana baru, karena dot menyimpan resiko bingung puting, baik total (bayi menolak menyusu langsung), maupun laten (bayi tetap mau menyusu, tapi daya hisapnya akan berkurang, seperti jika dia menyusu pada dot, dan hal ini akan mengganggu produksi ASI).

Ibu juga perlu mengetahui bahwa ASI yang tidak rembes, payudara yang terasa lembek, hasil perah yang sedikit, tidak dapat dijadikan ukuran seberapa banyak ASI yang diproduksi.
Payudara ibu kan gak punya jendela, jadi gak bisa diintip isinya, juga bukan galon isi ulang yang akan kosong dan perlu refill agar kembali ada isinya, payudara ibu adalah pabrik ASI yang terus-menerus berproduksi selama ada kebutuhan konsumen alias bayi.
Sementara hasil perah itu hanya bisa menunjukkan seberapa banyak ASI yang bisa ibu keluarkan, bukan seberapa banyak ASI diproduksi. Perah ASI memerlukan keterampilan tersendiri (practice makes perfect), suasana hati serta pikiran yang tenang, positif dan happy, plus lingkungan yang kondusif.

Jika bayi mendadak tampak semakin sering menyusu, mungkin bayi sedang mengalami fase growth spurt. Bayi juga senang sekali saat menyusu, karena dia merasa nyaman, aman, hangat, tentram, dekat dengan ibu, menyusu bagi bayi, lebih dari sekedar mengenyangkan perut, namun juga mengenyangkan jiwanya, yang penting, ibu wajib memantau tanda kecukupan ASI dan pertumbuhan bayi.
Sementara bayi yang rewel belum tentu karena dia merasa lapar, karena menangis adalah satu-satunya cara bayi berkomunikasi sebelum dia mampu bicara, sehingga bayi akan menangis jika merasakan hal yang tidak nyaman, seperti kepanasan, kedinginan, bosan, sakit, lapar, haus, kesal, cari perhatian, ingin dipeluk, takut, dll, pahamilah bahasa tanpa kata atau tangisan bayi ini, jika ibu panik, bayi bisa semakin rewel, karena emosi yang dirasakan ibu akan 'nyetrum' ke bayi.

Payudara yang terasa lembek bukan berarti menjadi tanda produksi ASI yang sedikit, jika ibu aktif mengeluarkan ASI, baik dengan cara menyusui langsung maupun perah ASI, maka payudara yang terasa lembek bisa menjadi pertanda baik, bahwa aliran ASI lancar dan stabil, sehingga tidak ada penumpukan di gudang ASI.
Payudara yang bengkak adalah tanda adanya penumpukan ASI di gudang ASI, bisa karena pengeluaran ASI yang tidak optimal atau karena ibu termasuk over supplier, dan ini sebenarnya bukan 100% kabar baik, karena payudara yang bengkak bisa berujung pada abses payudara.

"Potential causes of low milk supply
These things can cause or contribute to a low milk supply:

- Supplementing. Nursing is a supply & demand process. Milk is produced as your baby nurses, and the amount that she nurses lets your body know how much milk is required. Every bottle (of formula, juice or water) that your baby gets means that your body gets the signal to produce that much less milk.

- Bottle preference. A bottle requires a different type of sucking than nursing, and it is easier for your baby to extract milk from a bottle. As a result, giving a bottle can either cause your baby to have problems sucking properly at the breast, or can result in baby preferring the constant faster flow of the bottle.

- Pacifiers. Pacifiers can affect baby’s latch. They can also significantly reduce the amount of time your baby spends at the breast, which may cause your milk supply to drop.

- Nipple shields can be a useful tool in some cases, but hey can also reduce the stimulation to your nipple or interfere with milk transfer, which can interfere with the supply-demand cycle.

- Scheduled feedings interfere with the supply & demand cycle of milk production and can lead to a reduced supply, sometimes several months later rather than immediately. Nurse your baby whenever she is hungry.

- Sleepy baby. For the first few weeks, some babies are very sleepy and only ask to nurse infrequently and for short periods. Until baby wakes up and begins to breastfeed well, nurse baby at least every two hours during the day and at least every 4 hours at night to establish your milk supply.

- Cutting short the length of nursings. Stopping a feeding before your baby ends the feeding herself can interfere with the supply-demand cycle. Also, your milk increases in fat content later into a feeding, which helps baby gain weight and last longer between feedings.

- Offering only one breast per feeding. This is fine if your milk supply is well-established and your baby is gaining weight well. If you’re trying to increase your milk supply, let baby finish the first side, then offer the second side.

- Health or anatomical problems with baby (including, jaundice, tongue-tie, etc.) can prevent baby from removing milk adequately from the breast, thus decreasing milk supply.

- Mom’s health (uncontrolled anemia or hypothyroidism, retained placenta, postpartum hemorrhage…), previous breast surgery/injury, hormonal problems (e.g. PCOS), anatomical problems, medications she is taking (hormonal birth control, sudafed…), or smoking also have the potential to affect milk supply."
Sumber : Kellymom

Beberapa hal yang berpotensi menyebabkan produksi ASI yang sedikit :
- Suplementasi, pemberian PASI.

- Penggunaan botol dot.

- Penggunaan empeng.

- Penggunaan nipple shield (puting sambung).

- Jadwal menyusui yang tidak tepat.

- Bayi yang sering tidur, sehingga mengurangi jadwal menyusu bayi.

- Memotong durasi saat bayi menyusu (menghentikan proses bayi menyusu sebelum bayi kenyang dan berhenti menyusu)

- Hanya menggunakan 1 payudara saat menyusui. Usahakan tetap menawarkan kedua payudara saat menyusui, atau ibu bisa perah payudara yang belum disusui.

- Masalah kesehatan atau kelainan anatomi bayi (seperti tongue tie, jaundice, dll).

- Masalah kesehatan ibu (anemia yang tidak terkontrol, Hipotiroid, riwayat cidera atau operasi pada payudara, kelainan hormonal, kelainan anatomi, dll).

- Obat-obatan yang dikonsumsi ibu (seperti KB hormonal, dll).

- Merokok.


Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI

Sindrom ASI kurang jarang terjadi. Hanya 5% ibu yang betul-betul mengalami sindrom ASI kurang.

Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui tanda kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan pertama tanda kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan berat badan bayi. Tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI adalah :

Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan
Bayi menyusu 8 - 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.
Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua
Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.
Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal
Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI.
Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 - 7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan produksi ASI
Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir
Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari setelah lahir.
(Sumber : IDAI)

Masih berpikir produksi ASI sedikit dan perlu booster ASI?
Silakan kunjungi klinik laktasi terdekat, temui konselor laktasi agar bisa dievaluasi dengan seksama dan mendapatkan arahan yang tepat.

Aku sendiri telah menyusui 2 orang putri, dengan berbagai problematika yang ada, mulai dari anatomi puting yang tidak normal, PCOS, status karyawati swasta tanpa kebijakan dan fasilitas khusus untuk ibu menyusui, anak yang bingung puting laten, minim dukungan lingkungan (tapi juga tidak ditentang sih), dinyinyirin teman, sampai dengan anak dengan kelainan langka bernama Pierre Robin Sequence non isolated yang menyebabkan bayi tidak bisa menyusu langsung.
Aku pernah mencoba berbagai galactogogue, mulai dari sumber alami (susu kedelai, kacang hijau, katuk, daun pepaya, tape hijau, dll), herbal (fenugreek), teh, obat yang dijual bebas (hampir semua merk terkenal, dan ada juga yang belum terkenal sudah aku coba), kukis laktasi, dan TIDAK ADA satu pun yang bisa menambah produksi ASI dengan spektakuler, karena kenyataannya yah memang tidak ada galactogogue yang bisa menambah produksi ASI secara drastis dan tunggal (hanya minum galactogogue saja).
Umpama kue, galactogogue hanyalah frosting atau hiasan kue saja, yang kalau pun tidak digunakan tidak akan menimbulkan masalah besar hehehehehehe.
Apa yang membuat aku bisa terus memberikan ASI adalah komitmen, disiplin untuk terus mengeluarkan ASI sesuai kebutuhan anak, dan positive thinking bahwa aku pasti bisa, ASI pasti cukup, sesederhana itu koq, gak mahal, gak ribet hehehehehehe.

Bonus, aku copy paste-kan tulisan mba Monik :

==================
Resep Kue Kering Laktasi (Untuk Perbanyak ASI)

Bahan :

- 3 lbs (1,36 kg)  menyusu sesuai keinginan bayi (nursing on demand)

- 2 lbs (0,9 kg)  kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) Ibu & bayi

- 2 c (220 gr)  tekad (Ibu) yang kuat

- 1 c (110 gr)  dukungan ilmu (sebanyak yang diperlukan Ibu)

- 1 c (110 gr) dukungan suami & lingkungan (sebanyak yg diperlukan Ibu -modified recipe)

Cara Pembuatan :

A. Untuk membangun produksi ASI :

- Campur kontak kulit dengan kulit dengan menyusu sesuai keinginan bayi yang banyak. Mulailah sedini mungkin secara sering.

- Pengeluaran ASI sangat penting terutama pada 2 – 3 minggu pertama (pasca persalinan) karena pada saat inilah saat terpenting produksi ASI dibangun.

- Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara Ibu maka makin banyak ASI yang diproduksi.

B. Untuk menjaga produksi ASI :

- Selalu berdekatan dengan bayi & biarkan ASI mengalir

- Perhatikan tanda2 bayi ingin menyusu sejak awal (Early Cues) seperti kepala bayi menengok ke kiri kanan (rooting) & memasukkan tangan ke mulut daripada menunggu bayi menangis (Tanda akhir / Late cues)

- Menyusu sesuai keinginan bayi = tidak membatasi waktu menyusu pada payudara / mengikuti jadwal menyusu yang kaku. Tetapi untuk bayi baru lahir (newborn) perlu menyusu setiap 2-3 jam sekali.

Catatan Tambahan saya : Pantau ketat tanda2 kecukupan ASI terutama pertumbuhan (growth bayi per minggu), bisa dibaca di buku ASI saya / :

http://theurbanmama.com/articles/apakah-asi-saya-cukup.html

Pesan Moral :

Kecewa tidak ketemu Kue Kering beneran yang bisa bikin ASI banyak –secara instan- ? :)

Karena pada prinsipnya bila Ibu ingin makan kue kering ya makan saja yang disukai, tidak perlu kue khusus yang ditujukan untuk membuat produksi ASI Ibu banyak.

Bila paham prinsip produksi & pengeluaran ASI serta peran hormon prolaktin & oksitosin akan paham kok gak usah tergantung suplemen, galactagogue ini itu untuk berhasil menyusui / mengeluarkan ASI.

Catatan tambahan lain : Galactagogue / booster ASI secara khusus diperlukan pada kasus2 khusus juga seperti program relaktasi berat & induksi laktasi

Sumber: Buku wajib La Leche League International (LLLI) : Womanly Art of Breastfeeding
Credit untuk rekan2 saya sesama La Leche League (LLL) Leader di Fairfax City - AS

Happy Breastfeeding :)
F.B. Monika
=====================

Jadiiiiii para ibu menyusui, makan dan minum lah apa saja yang ibu suka, yang bisa bikin ibu senang, selama makanan dan minuman itu tidak memiliki kontra indikasi dengan menyusui, tergolong sehat, bersih daaan bergizi seimbang.

Jadikan proses menyusui sebagai proses yang indah, spesial, simple, dan membahagiakan.

Goodluck mommies


Bekasi, 23 Januari 2017

Nanda

Senin, 09 Januari 2017

MIKROSEFALI (MICROCEPHALY)



Kirana mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), sehingga dia terlahir Kecil Masa Kehamilan (KMK).
Kirana lahir di gestasi 37-38minggu, dengan bb 2037gr, panjang 43cm dan lingkar kepala 30cm, jadi memang ukuran Kirana lebih kecil dari yang seharusnya.
Di usia sekitar 4 bulan, atas saran mba Intas (seorang konselor laktasi yang sebelumnya sempat mampir menjenguk Kirana), kami mencoba membawa Kirana untuk konsultasi ke dokter sub spesialis syaraf anak, dan ketika itu, bertambah lah 1 diagnosa baru bagi Kirana.
"Bu, ini mikrosefali, lingkar kepalanya kecil."
Tak ada yang terlintas selain,"Sepertinya ini akan menjadi perjalanan yang panjang."

Apa sih mikrosefali? Yuk kita sama-sama sedikit mengenal mikrosefali.

------------------------------
Key facts
  • Microcephaly is a condition where a baby is born with a small head or the head stops growing after birth.
  • Microcephaly is a rare condition. One baby in several thousand is born with microcephaly.
  • The most reliable way to assess whether a baby has microcephaly is to measure head circumference 24 hours after birth, compare the value with WHO growth standards, and continue to measure the rate of head growth in early infancy.
  • Babies born with microcephaly may develop convulsions and suffer physical and learning disabilities as they grow older.
  • There are no specific tests to determine if a baby will be born with microcephaly, but ultrasound scans in the third trimester of pregnancy can sometimes identify the problem.
  • There is no specific treatment for microcephaly.
(Sumber : WHO)
  • Mikrosefali adalah suatu kondisi di mana bayi terlahir dengan ukuran lingkar kepala yang kecil atau kepala berhenti bertumbuh setelah bayi lahir.
  • Mikrosefali adalah kondisi langka, 1 dari beberapa ribu bayi terlahir dengan mikrosefali.
  • Cara terbaik untuk menilai apakah bayi mengalami mikrosefali atau tidak, adalah dengan mengukur lingkar kepala di 24 jam pertama kelahiran, bandingkan dengan ukuran standart WHO, dan terus lanjutkan pengukuran lingkar kepala secara berkala.
  • Bayi yang lahir dengan mikrosefali mungkin akan mengalami kejang dan mengalami keterlambatan perkembangan serta kesulitan belajar.
  • Tidak ada tes spesifik untuk mengetahui apakah bayi akan terlahir dengan mikrosefali atau tidak, tapi pemeriksaan USG di trimester ke 3 kadang bisa mengidentifikasikan kondisi mikrosefali.
  • Tidak ada terapi, pengobatan spesifik untuk mikrosefali.

Microcephaly is a birth defect where a baby’s head is smaller than expected when compared to babies of the same sex and age. Babies with microcephaly often have smaller brains that might not have developed properly. (Sumber : CDC)
Mikrosefali adalah kelainan bawaan lahir di mana lingkar kepala bayi lebih kecil dari yang seharusnya, jika dibandingkan dengan bayi yang berjenis kelamin dan berusia sama. Bayi dengan mikrosefali biasanya memiliki otak yang lebih kecil yang mungkin tidak berkembang dengan baik.

Biasanya didefinisikan lebih rendah dari -2SD atau kurang dari persentil 3, ini artinya ukuran lingkar kepala yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan bayi yang memiliki usia dan jenis kelamin yang sama.

Microcephaly can be an isolated condition, meaning that it can occur with no other major birth defects, or it can occur in combination with other major birth defects.(Sumber : CDC)
Mikrosefali bisa terjadi sebagai kondisi tunggal (isolated), tanpa kelainan bawaan lahir mayor lainnya, atau bisa juga menjadi kombinasi dari kelainan bawaan lahir lainnya.

Menurut WHO, angka kejadian mikrosefali sangat bervariasi, dipengaruhi perbedaan dari definisi dan target populasi, dan menurut CDC, di US angka kejadian mikrosefali bervariasi antara 2-12 : 10.000 kelahiran hidup.

Causes of microcephaly
There are many potential causes of microcephaly, but often the cause remains unknown. The most common causes include:
  • infections during pregnancy: toxoplasmosis (caused by a parasite found in undercooked meat), Campylobacter pylori, rubella, herpes, syphilis, cytomegalovirus, HIV and Zika;
  • exposure to toxic chemicals: maternal exposure to heavy metals like arsenic and mercury, alcohol, radiation, and smoking;
  • pre- and perinatal injuries to the developing brain (hypoxia-ischemia, trauma);
  • genetic abnormalities such as Down syndrome; and
  • severe malnutrition during fetal life.
(Sumber : WHO)

Penyebab mikrosefali
Ada banyak hal yang berpotensi menyebabkan mikrosefali, namun seringkali tidak diketahui penyebabnya.
Yang paling sering adalah :
  • Infeksi selama kehamilan : virus toksoplasma (disebabkan parasit yang ditemukan pada daging yang tidak dimasak matang), Campylobacter pylori, rubella, herpes, syphilis, cytomegalovirus, HIV and Zika.
  • Terpapar zat kimia beracun.
  • Cidera pre- dan perinatal sehingga mengganggu perkembangan otak.
  • Kelainan genetika.
  • Janin mengalami malnutrisi berat.

Babies with microcephaly can have a range of other problems, depending on how severe their microcephaly is. Microcephaly has been linked with the following problems:
  • Seizures
  • Developmental delay, such as problems with speech or other developmental milestones (like sitting, standing, and walking)
  • Intellectual disability (decreased ability to learn and function in daily life)
  • Problems with movement and balance
  • Feeding problems, such as difficulty swallowing
  • Hearing loss
  • Vision problems
  • These problems can range from mild to severe and are often lifelong.
(Sumber : CDC)

Bayi dengan mikrosefali bisa mengalami berbagai gangguan lainnya, tergantung seberapa berat kondisi mikrosefalinya.
Mikrosefali bisanya terkait dengan gangguan berikut ini :
  • Kejang
  • Keterlambatan perkembangan 
  • Disabilitas intelektual
  • Gangguan gerak dan keseimbangan
  • Kesulitan makan, minum
  • Gangguan pendengaran
  • Gangguan penglihatan
  • Semua gangguan tersebut bervariasi mulai dari ringan hingga berat, dan biasanya merupakan gangguan seumur hidup.

Treatments
Microcephaly is a lifelong condition. There is no known cure or standard treatment for microcephaly. Because microcephaly can range from mild to severe, treatment options can range as well. Babies with mild microcephaly often don’t experience any other problems besides small head size. These babies will need routine check-ups to monitor their growth and development.
(Sumber : CDC)
Mikrosefali adalah kondisi menetap seumur hidup. Belum ada penyembuhan atau penanganan standar untuk mikrosefali.
Karena mikrosefali bervariasi mulai dari ringan hingga berat, maka opsi penanganannya juga bervariasi.
Bayi dengan mikrosefali ringan biasanya tidak mengalami gangguan lain selain ukuran kepala yang kecil.
Bayi dengan mikrosefali perlu kontrol ke dokter secara rutin untuk memonitor tumbuh kembangnya.
-------------------------------

Dari informasi di atas, jelas bahwa mikrosefali adalah kondisi menetap seumur hidup, no cure.
Mikrosefali tidak bisa diubah, tidak ada tindakan yang bisa menormalkan lingkar kepala dari anak mikrosefali (setidaknya hingga tulisan ini dibuat, memang belum ada), maka sebagai orangtua, fokusnya adalah untuk mengoptimalkan kualitas hidup anak, dengan melakukan pemeriksaan rutin terhadap tumbuh kembang anak, dan gangguan-gangguan lain yang menyertai, serta melakukan terapi-terapi yang dibutuhkan sedini mungkin.

Tetaplah optimis dan semangat untuk terus memperjuangkan agar anak bisa memiliki kualitas hidup yang optimal.

Bekasi, 9 Januari 2017

Nanda

Rabu, 04 Januari 2017

LARINGOMALASIA (LARYNGOMALACIA)



Satu lagi diagnosa yang dimiliki Kirana.
Karena Laringomalasia ini, nafas Kirana berbunyi kencang, grok-grok seperti sedang pilek.
Memang sih nafas bayi muda, banyak yang 'berisik', grok-grok, dan hal ini WAJAR yang akan hilang seiring pertumbuhan bayi, karena memang organ pernafasan anak yang belum sempurna, meski seringkali hal ini membuat sebagian orang tua menjadi khawatir.
Dulu Kasih waktu bayi juga nafasnya bunyi grok-grok, dan sempat membuat aku juga khawatir. Namun hal ini tidak berbahaya.

Lalu apa bedanya dengan suara 'berisik' pada Laringomalasia?
BEDA.
Suara grok-grok pada anak dengan Laringomalasia disebut stridor (kalau mau tahu suaranya seperti apa, coba cari di YouTube, ada macam-macam tipe suara nafas patologis : stridor, ronchi, wheezing, rales), terjadi diiringi nafas yang berat, sehingga anak mengalami retraksi, dan bisa juga diiringi suara melengking (mengi).

Kalau pada Kirana sih terjadi 'berisik'-nya terjadi terjadi sepanjang hari, terus-menerus, memburuk saat dia sedang aktif.
Tapi apa sih Laringomalasia itu?
Yuk kita sama-sama sedikit mengenal Laringomalasia.

-------------------------------
Apakah Laringomalasia?
Laringomalasia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan mengempisnya jaringan laring ke dalam saluran nafas ketika pasien, kebanyakan anak-anak, menarik nafas. Hal ini menimbulkan pernafasan yang berisik.

Gejala laringomalasia biasanya muncul sewaktu lahir, dan dapat menjadi semakin jelas dalam 2 minggu pertama kehidupan. Hal ini terjadi sebagai akibat bagian yang lunglai dari laring (pita suara) belum memiliki kekuatan untuk menyokong saluran pernafasan agar kokoh.

Sewaktu menarik nafas (inhalasi), tekanan negatif relatif terhadap atmosfir terbentuk sepanjang laring, sehingga mengakibatkan pengempisan struktur-struktur ini ke dalam saluran nafas dan mempersempit jalan nafas. Sumbatan sebagian adalah penyebab timbulnya suara berisik sewaktu bernafas. Hal ini seringkali memburuk ketika bayi berbaring, karena jaringan yang lunglai dapat dengan mudah menutupi saluran nafas yang terbuka pada posisi ini.

Laringomalasia berat menyebabkan suara nafas yang tidak terputus (suara mengi yang melengking) dan meningkatkan kerja pernafasan. Hal ini juga sering berhubungan dengan kegagalan pernafasan sehingga memerlukan oksigen atau bantuan pernafasan, perkembangan yang terhambat dan/atau kegagalan untuk tumbuh.
Pembedahan (supraglotoplasti) sering dilakukan untuk mengurangi kerja pernafasan.

Sumber : http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/laringomalasia-_-951000103621 diakses pada 24 Desember 2015
------------------------------------

Kirana baru diduga Laringomalasia ketika pertama kali konsul dengan dr. Arifianto, Sp. A (ini sih DSA kesayangan Kirana, tapi jarang dikunjungi, datang cuma kalau mau perpanjang rujukan atau Kirana sakit yang uncommon hihihihihi), lalu terdiagnosa pertama saat berjumpa Sp. THT di usia sekitar 4 atau 5 bulan gitu (lupa persisnya), dan tegak diagnosa Laringomalasia tipe 1 saat melakukan tes FEES di usia sekitar 7,5 bulan.

Kabar baiknya sih, sebagian besar kasus Laringomalasia akan membaik sendiri seiring pertumbuhan anak, meski ada sekitar 5% (kasus berat) yang memerlukan tindakan operasi.
Kirana sendiri selama ini hanya wait and see, dan dengan memperhatikan posisi tidur (tidak boleh tidur terlentang), posisi makan, minum.

Namun suara Kirana dulu sangat kecil, tangisannya terdengar kemayu sendu halus menyayat hati hehehehehehe, dia terkesan anteng karena jarang menangis, yah kalaupun menangis pun, suara tangisannya toh tidak menggelegar, sehingga dulu si bude sebelah rumah yang dagang nasi uduk, sering nanya,"Bayinya anteng yah? Gak pernah nangis yah?", padahal sih Kirana nangis juga, cuma yaah gitu deeeh, gak terdengar ke luar, lah wong aku yang cuma di depan pintu kamar saja belum tentu dengar suara tangisnya koq hehehehehehe. Ketawa pun dia tanpa suara, hanya tampak wajah yang tertawa, plus suara 'kkkkrrrrkkkkkk'.

Seiring pertumbuhan Kirana, Laringomalasia-nya membaik, suaranya mulai lebih keluar, tangisnya lebih kuat, tawanya lebih bersuara, nafasnya sudah nampak lebih baik, tidak retraksi seperti dulu waktu bayi.
Meski hingga tulisan ini dibuat, nafas Kirana masih 'berisik', namun setidaknya ada perbaikan yang patut disyukuri.

Bekasi, 5 Januari 2017
Nanda

EXCLUSIVE PUMPING? Yay or Nay



Aku telah meng-create sebuah supporting group bernama Tambah ASI Tambah Cinta sejak tahun 2011, meski saat ini TATC tidak seaktif dulu, namun aku sedikit banyak ikut memperhatikan perkembangan dunia laktasi.
Dulu masih belum banyak orang yang mengenal istilah exclusive pumping atau EPing, aku sendiri tidak pernah menemukan ada ibu lain yang menyarankan,"EPing saja, gak apa-apa koq, yang penting tetap ASI.", atau saran sejenis itu, namun kini ada perubahan.

Tahun 2014, aku melahirkan Kirana, yang rupanya mengalami kesulitan menyusu, bahkan beresiko tertutup jalan nafasnya jika dia menyusu langsung, karena Kirana mengalami Pierre Robin Sequence non isolated (kisah menyusui Kirana bisa di baca di part 1 dan part 2), sehingga aku pun tidak punya pilihan lain selain melakukan EPing untuk menghindari resiko besar bagi Kirana.
Sejak itu aku mulai mengenal dunia EPing, dan ketika Kirana berusia sekitar 8 bulan, aku menemukan sebuah grup EPing yang berpusat di luar negeri, karena ada seorang ibu dari grup tersebut yang menghibahkan breastpump untukku.

Jujur, aku sangat jarang mampir ke grup tersebut, dan awalnya sih merasa biasa saja, karena dulu yang aku perhatikan nampaknya sebagian member grup tersebut memang anaknya mengalami hambatan menyusu seperti sesama ortu dari anak PRS, bayi tongue tie yang tidak bisa latch on, bayi sakit berat, dll. Rasanya tidak banyak ilmu yang aku dapat di grup tersebut, lebih banyak seperti untuk fun saja, tapi cukup menyenangkan sih, apalagi kan ada perbedaan waktu di sana dengan di Indonesia, jadi pas mereka perah tengah malam, mungkin aku sedang perah pagi atau siang hari, dan butuh hiburan hehehehehehe.

Dan akhirnya entah sejak kapan, tiba-tiba di Indonesia pun membuat grup serupa.
Jujur untuk kali ini, entah mengapa aku agak khawatir sejak awal aku di add ke grup ini, ada kekhawatiran bahwa kampanye EPing di Indonesia akan membawa pemahaman yang salah, apalagi seiring waktu aku perhatikan tidak banyak membernya yang (mengaku) melakukan EPing memang karena alasan resiko medis, melainkan karena hal-hal yang BISA DICEGAH, seperti alasan bentuk puting, bingung puting, bahkan alasan (yang menurut aku) konyol seperti untuk memastikan bahwa ASI-nya benar-benar foremilk dan hindmilk atau malas belajar latch on yang benar.
Dan kini aku mulai sering menemukan ibu lain yang dengan ringan menyarankan,"EPing saja, gak apa-apa koq, yang penting kan tetap ASI, dan kamu gak sendirian.", beserta beberapa hal yang mengikutinya, seperti trend booster ASI dan breastpump.

Atas keresahan yang aku pribadi rasakan, maka aku menuliskan ini, aku akan coba membahas apa sih yang membuat ibu harus EPing, dan mengapa ibu harus memperjuangkan menyusui langsung ke payudara.
Semoga saja bisa dipahami dengan hati yang positif, gak pake baper, gak anggap tulisan ini menghambat LDR hehehehehehe.

Pertama, kita harus pahami dulu, apa sih EPing itu?
Exclusive pumping atau biasa disingkat EPing adalah HANYA perah ASI atau pumping, TANPA menyusui langsung, selama 24 jam, ibu harus melakukan perah ASI atau pumping setiap 2-3 jam sekali, secara terus-menerus selama 24 jam, selama ingin tetap memberikan ASI (anjuran pemberian ASI adalah minimal selama 2 tahun), gak ada libur, gak pake tapi, gak ada cuti hehehehehe.
Jadi kalau kamu masih bisa dan memang masih menyusui langsung bayimu, itu bukan EPing namanya, atau kalau kamu memberikan bayimu BUKAN ASI perah (ASIP), atau kalau kamu memberikan ASIP donor maupun susu formula, TANPA melakukan perah/pumping, itu juga BUKAN EPing yaah.

Nah, sudah paham yah apa yang dimaksud dengan EPing? Jangan bingung istilah lagi nih sekarang.
Lalu apakah EPing menyimpan resiko?
Tentu saja iya.
Aku sendiri melakukan EPing, dan menurut pengalamanku, EPing bukan pekerjaan mudah dan sangat beresiko terhenti di tengah jalan.
EPing juga stressful, dan membuat bayi kehilangan manfaat dari menyusui (apa sih manfaat menyusui langsung? Nanti dibahas di bawaj yaah), apalagi jika pemberian ASIP menggunakan dot, pastilah akan ada resiko dari penggunaan dot juga seperti resiko tersedak, gangguan perkembangan oromotor dan gigi, resiko overfeeding, resiko karies gigi, resiko bayi menelan potongan dot (jika mulai menggigit-gigit dot), resiko kontaminasi kuman penyakit, dll.
Jadi melakukan EPing bukannya problem free yaah, malah bisa menambah masalah dan menyulitkan bagi ibu.

Lalu kenapa sih ada yang namanya EPing?
Tentu saja karena memang ada ibu yang tidak memiliki pilihan lain selain melakukan EPing jika ingin tetap memberikan ASI, contohnya seperti yang aku alami, yaitu anak dengan resiko tinggi jika menyusu langsung.
Ada juga anak-anak yang terlahir dengan kelainan anatomi, sindrom, penyakit (selain PRS tentunya) yang menyebabkan feeding difficulty atau bahkan tidak bisa menggunakan mulut untuk minum, karena misalnya mengalami aspirasi (saat menelan, tidak menuju lambung, namun malah masuk ke paru-paru), tidak atau masih belum memiliki reflek menelan ataupun menghisap yang baik, dan kondisi medis lainnya.
Bayi yang terlahir premature, bblr juga mungkin membuat ibu perlu melakukan EPing sementara atau pun jangka panjang.
Ini adalah contoh-contoh kondisi yang membuat ibu HARUS melakukan EPing jika ingin terus memberikan ASI, dan tidak bisa ditawar, tidak bisa dicegah, karena resiko memaksakan diri untuk menyusui bayi secara langsung akan lebih besar dibanding dengan resiko jika melakukan EPing (gak ada yang lebih penting dari nyawa si kecil kan?).

Lalu bagaimana dengan ibu yang bekerja kantoran? Atau yang kerjanya jauuuuuuh terpisah dari bayi?
Sebenarnya ini bukan indikasi mutlak seorang ibu untuk melakukan EPing, PRINSIPNYA adalah ketika ibu berdekatan dengan bayi, susui bayi langsung dari payudara ibu.
Jika ibu terpisah jauh dari bayi, hingga jarang berkumpul, ada baiknya diusahakan agar ibu bisa tetap berkumpul dengan bayinya, misal ibunya mencari pekerjaan yang bisa berdekatan dengan bayi, atau bayinya diboyong agar bisa berkumpul bersama ibu, karena pada dasarnya anak tidak hanya membutuhkan ASI dan payudara, anak membutuhkan ibu, namun jika memang tidak memungkinkan maka kembali ke prinsip agar anak bisa menyusu langsung saat berdekatan dengan ibu.

Bagaimana dengan ibu yang putingnya abnormal? Putingnya datar, kecil, tenggelam, atau terlalu besar?
Untuk kondisi ini, yang terpenting adalah mencari posisi menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi, serta posisi perlekatan yang tepat.
Aku sendiri mengalami masalah ini koq, dulu juga masih berstatus karyawati saat menyusui Kasih (kisah menyusui Kasih bisa dibaca di sini), namun tidak melakukan EPing, dan tidak terpikirkan sama sekali untuk EPing.

Bagaimana jika ibu mengalami gangguan mood, depresi?
Sejujurnya untuk kasus yang satu ini, aku pun bingung bagaimana menjawabnya, karena EPing jelas bukan pekerjaan mudah yang menyenangkan, dan sangat mungkin membuat ibu yang tidak mengalami gangguan mood menjadi memiliki gangguan mood, karena kelelahan dan stress, lalu bagaimana jika yang memang benar mengalami depresi?
Aku sendiri tentu saja tidak melakukan EPing dengan kondisi mental yang baik (yeah apa bisa ibu menjadi bahagia saat menyaksikan anaknya sakit setiap hari, sakit kronik?), dan melakukan EPing menambah berat beban mentalku.
Apalagi stress bisa mengganggu produksi ASI, gimana ibu yang stress lalu pumping dan melihat,"Duh koq keluarnya cuma sedikit?".
Setahu aku pun, menyusui justru akan mengurangi resiko stress, depresi, kecemasan pada ibu.
Jadi untuk alasan yang satu ini, sampai saat ini masih belum bisa masuk ke logikaku, meski harus diakui, jika ibu benar-benar mengalami gangguan mood, depresi, cemas, dll, maka masalah ini harus diselesaikan untuk agar ibu kemudian bisa kembali menyusui dengan tenang dan bahagia.
IMHO jika pun dengan alasan ini lalu ibu mengatakan bahwa EPing akan menjadi pilihan, sebaiknya pemberian ASIP tidak menggunakan dot untuk mencegah bingung puting (beserta resiko penggunaan dot yang lainnya), dan selama memungkinkan, ibu bisa coba tetap menyusui bayinya sesekali.

Bagaimana jika bayi bingung puting?
Ini cukup sering aku temukan nih, EPing dengan alasan bayi bingung puting, segala cara telah dilakukan, tapi gak berhasil, jadi yah EPing saja.
IMHO bingung puting adalah alasan EPing yang sangat bisa DICEGAH, kenapa? Bingung puting disebabkan penggunaan dot, maka berikanlah ASIP dengan media selain dot (baca tentang media selain dot di sini), jangan coba-coba menggunakan dot jika tidak ingin anak mengalami bingung puting.

Kirana saat menggunakan OGT

Ayah pun bisa menyuapi ASIP menggunakan cup feeder

Bahkan kakak pun bisa membantu menyuapi ASIP menggunakan pipet (Kasih di foto ini berusia 4 tahun)

Ada koq yang pakai dot tapi anaknya tetap bisa menyusu langsung. Iya, tapi tidak ada 1 pun bayi dan tidak ada 1 pun jenis dot yang bisa 100% bebas dari resiko bingung puting, bahkan ada yang disebut bingung puting laten, pada kondisi ini, bayi tetap mau menyusu namun dengan daya hisap yang lebih lemah, karena terbiasa menggunakan dot, akibatnya ASI yang dikeluarkan saat bayi menyusu jadi tidak optimal, sehingga produksi ASI juga akan berkurang (ingat prinsip utama ASI adalah supply by demand), dan ini seringkali membuat ibu merasa 'aman', tidak tahu anaknya bingung puting, nati tiba-tiba supply ASI drop.

Bagaimana jika terlanjur bingung puting?
Ada suatu usaha untuk bisa kembali menyusui bayi, namanya RELAKTASI, maka lakukanlah relaktasi dengan sungguh-sungguh, stop penggunaan dot, keras kepala lah untuk bisa kembali menyusui.
"Bayinya ngamuk, nangis-nangis terus."
Begitulah bayi, dia kan sudah keenakan pakai dot, makanya pas kesenangan, kemudahannya dihilangkan yah dia marah, karena harus berusaha lebih keras saat menyusu dari payudara ibu, maka berjuanglah bersama bayi ibu.
Bayi ibu sedang berusaha untuk kembali mengenali payudara dan belajar kembali menyusu langsung, ini bukan hal mudah yang menyenangkan bagi bayi (pakai dot kan lebih mudah, perut kenyang juga), makanya dia menangis, marah, dan di saat seperti ini, ibu menjadi penyemangat dan tumpuan bayi, ibu perlu tetap tenang, agar bayi tidak semakin senewen (emosinya nyetrum looh dari ibu ke bayi), ibu perlu berjuang bersama bayinya, meski faktanya memang tidak mudah bagi ibu maupun bagi bayi, tapi berjuang bersama, semua akan berlalu dan insya Allah, ibu bisa kembali menyusui bayinya.
Gak berhasil relaktasi? OK lah kali ini ibu tidak berhasil relaktasi, ibu telah melakukan EPing untuk tetap memberikan ASI, it's okay, tapi ibu masih bisa belajar untuk terus memperbaiki diri, dan membantu sesama ibu agar bisa menyusui bayinya dengan optimal, untuk mencegah ibu lain melakukan EPing jika tanpa indikasi kuat.

Apa sih menyusui itu?
Menyusui atau dalam bahasa Inggris disebut BREASTfeeding yang berasal dari breast (dada) dan feeding (makan), maka bisa disimpulkan bahwa BREASTfeeding adalah cara memberikan makanan langsung dari dada, dalam hal ini adalah payudara (sebutan dada untuk wanita).

"Breastfeeding, the method of feeding a baby with milk directly from the mother's breast. Also written breast feeding and breast-feeding." (Sumber : Medical Dictionary)
Menyusui, metode pemberian makan untuk bayi, berupa susu langsung dari payudara ibu.

"Breastfeeding is the normal way of providing young infants with the nutrients they need for healthy growth and development." (Sumber : WHO)
Menyusui adalah cara normal untuk menyediakan nutrisi bagi bayi agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat (mari kita jawab dalam hati masing-masing, cara yang paling normal yang dimaksud ini seperti apa)

Menyusui lebih dari sekedar memberikan ASI.
Kita tidak akan bisa memungkiri bahwa ASI memang cairan hidup, standar emas bagi anak-anak kita, namun menyusui langsung dari payudara pun memberikan manfaat ekstra yang tidak akan didapat dan pasti berbeda jika ibu tidak menyusui bayi, yaitu manfaat psikologi (bonding, rasa aman, rasa percaya, rasa nyaman, executive function), stimulasi oromotorik (menyusu pada payudara sangat berbeda dengan menggunakan dot, sehingga tentu saja stimulasi yang didapat pun berbeda).
Menyusui mampu meningkatkan kepercayaan diri ibu, mengurangi resiko ibu terkena gangguan mood (depresi, kecemasan), di mana jika ibu melakukan EPing bisa jadi justru menambah beban mental ibu, dan kelelahan fisik.
Ditambah dengan kabar bahwa saat bayi menyusu langsung pada payudara ibu, maka liur bayi saat menyusu, akan menjadi sinyal kebutuhan bayi yang kemudian membuat ASI menyesuaikan dengan kebutuhan bayi tersebut, ini tentu saja tidak akan didapat jika bayi tidak menyusu pada payudara ibu.

Eh kenapa sih aku koq kayaknya ngotot amat mendorong para ibu untuk menyusui langsung dari payudara?
Karena aku pejuang ASI garis keras, ASI nazi hahahahahahahahahaha.
Yah enggak laaah, tapi karena ibu perlu tahu bahwa EPing pun menyimpan resiko, bahwa EPing bukan solusi melainkan pilihan terakhir saat menyusui benar-benar tidak mungkin dilakukan, bahwa menyusui itu lebih dari sekedar memberikan ASI, bahwa menyusui adalah cara paling wajar makhluk mamalia memberikan makan bagi bayinya yang belum bisa makan makanan padat, bahwa menyusui terlalu spesial untuk dilewatkan, bahwa menyusui terlalu indah untuk tidak diperjuangkan.
Selama ada setitik saja peluang untuk bisa menyusui, perjuangkanlah dengan keras kepala.
Seberat apapun tantangan menyusui yang ibu alami, berjuanglah, menyusuilah dengan keras kepala, karena ibu tidak akan pernah sendiri.
Temukan supporting group yang tepat, temui konselor laktasi.

Jadiiii setelah tulisan lumayan panjang ini, kesimpulannya EPing itu menjadi yay jika sesuai indikasi dan nay jika tidak sesuai dengan indikasi, sehingga selama bisa dicegah maka cegahlah, selama bisa berjuang untuk kembali menyusui, maka perjuangkanlah meski peluang itu hanya ada setitik.
Memang siih pada akhirnya keputusan dikembalikan kepada masing-masing, aku sendiri hanya bisa menyampaikan sedikit yang aku tahu dan rasakan sebagai sesama ibu maupun sebagai sesama pelaku EPing.

Ibu yang tangguh dan hebat adalah para ibu yang bersedia terus belajar melakukan yang lebih baik.
Dukunglah sesama ibu untuk menyusui, bantu bayi agar bisa menyusu pada payudara ibu.
Breast is best.
Goodluck mommies.

Bekasi, 4 Januari 2016

Nanda


Minggu, 01 Januari 2017

CLEFT PALATE

Pierre Robin Sequence (PRS), memiliki rangkaian defek atau dikenal sebagai trias PRS.
Anak yang terlahir dengan PRS juga akan mengalami kelainan pada langit mulut (palatum), yaitu langit mulut bercelah/terbelah/bolong (cleft palate), atau langit mulut letak tinggi (high-arched palate).

Sebelumnya aku sudah menyampaikan sedikit informasi soal micrognathia dan high-arched palate, maka kali ini aku akan menyampaikan sedikit informasi soal cleft palate (dan juga cleft lip atau yang umum kita kenal sebagai bibir sumbing).

Cleft palate tampil dengan bentuk huruf U dan V.
Jika anak PRS yang mengalami cleft palate, maka cleft palate akan tampil dengan bentuk huruf 'U' (U shape)

Berikut sedikit informasinya

-------------------------------
CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT

DEFINISI
Celah Bibir dan Celah Langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut. Celah bibir (Bibir sumbing) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. Celah langit-langit adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung.

PENYEBAB
Celah bibir dan celah langit-langit bisa terjadi secara bersamaan maupun sendiri-sendiri. Kelainan ini juga bisa terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya. Penyebabnya mungkin adalah mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia). Selain tidak sedap dipandang, kelainan ini juga menyebabkan anak mengalami kesulitan ketika makan, gangguan perkembangan berbicara dan infeksi telinga. Faktor resiko untuk kelainan ini adalah riwayat celah bibir atau celah langit-langit pada keluarga serta adanya kelainan bawaan lainnya.

GEJALA
Gejalanya berupa: pemisahan bibir
pemisahan langit-langit pemisahan bibir dan langit-langit
distorsihidung
infeksi telinga berulang
berat badan tidak bertambah
regurgitasi nasal ketika menyusu (air susu keluar dari lubang hidung).

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di daerah wajah.

PENGOBATAN
Pengobatan melibatkan beberapa disiplin ilmu, yaitu bedah plastik,ortodontis, terapi wicara dan lainnya. Pembedahan untuk menutup celah bibir biasanya dilakukan pada saat anak berusia 3-6 bulan. Penutupan celah langit-langit biasanya ditunda sampai terjadi perubahan langit-langit yang biasanya berjalan seiring dengan pertumbuhan anak (maksimal sampai anak berumur 1 tahun). Sebelum pembedahan dilakukan, bisa dipasang alat tiruan pada langit-langit mulut untuk membantu pemberian makan/susu. Pengobatan mungkin berlangsung selama bertahun-tahun dan mungkin perlu dilakukan beberapa kali pembedahan (tergantung kepada luasnya kelainan), tetapi kebanyakan anak akan memiliki penampilan yang normal serta berbicara dan makan secara normal pula. Beberapa diantara mereka mungkin tetap memiliki gangguan berbicara.

Sumber : http://www.spesialis.info/?penyebab-celah-bibir-%28bibir-sumbing%29-celah-langit-langit%2C933 Diakses 14/10/2014
--------------------------------------

Kirana sendiri tidak mengalami cleft palate, tapi mengalami high-arched palate, namun kini kondisi palatumnya sudah normal (berdasarkan hasil MRI di November 2015), tanpa tindakan medis apapun (karena tidak bercelah).

HIGH-ARCHED PALATE

Setelah sebelumnya aku sudah coba sedikit membahas soal micrognathia, kali ini aku akan coba sedikit membahas tentang trias PRS yang lainnya, yaitu high-arched palate.

Kirana juga mengalami ini, high-arched palate atau palatum (langit mulut) letak tinggi.
Awalnya ketika Kirana masih berada di NICU, aku sempat tanyakan pada dokter mengenai kondisi langit mulutnya, namun kala itu, dokter menyampaikan bahwa langit mulutnya normal, tidak bercelah, tapi ternyata ketika Kirana berusia sekitar 5 bulan, untuk pertama kalinya kami membawanya konsultasi ke poli gizi dan dokter di poli gizi lah yang menyampaikan bahwa langit mulut Kirana itu tinggi, ini yang kemudian aku ketahui namanya adalah high-arched palate.

Apa sih high-arched palate?
Berikut sedikit pembahasannya.

----------------------------------
HIGH-ARCHED PALATE

Merupakan suatu kondisi di mana palato (langit mulut) lebih tinggi dan sempit dibanding ukuran normal.
Biasanya high-arched palate merupakan kondisi istimewa yang mungkin terisolasi ataupun terkait dengan sejumlah kondisi lain.

High-arched palate yang terisolasi bukanlah suatu masalah,merupakan variasi normal,namun bisa juga merupakan bagian dari manifestasi fisik dari sindrom yang memiliki kondisi kepala dan leher yang abnormal,serta gangguan pendengaran.
High-arched palate mungkin menyebabkan saluran nafas menyempit dan gangguan bernafas saat tidur,seperti mengorok,sleep apnea.

Beberapa kondisi yang mungkin terkait dengan high-arched palate :
- Crouzon syndrome
- Down syndrome
- Apert syndrome
- Treacher Collins syndrome
- Marfan syndrome
- Incontinentia pigmenti
- Pierre Robin Sequence
Dsb

Sumber :
https://en.m.wikipedia.org/wiki/High-arched_palate
https://www.healthtap.com/topics/what-does-a-high-arched-palate-mean

Diakses tanggal 3 Juli 2015
---------------------------

Kabar baiknya adalah dari hasil MRI Kirana, yang dilakukan pada November 2015, tampak palatum yang normal, aku sempat bertanya kepada seorang dokter spesialis bedah mulut soal ini, beliau pun membenarkan bahwa semua kondisinya memang bisa berkembang ke arah yang lebih baik.
Maka aku anggap high-arched palate Kirana, juga sudah catch up.

MICROGNATHIA

Pierre Robin Sequence (PRS) memiliki trias, yaitu
• micrognathia dan atau retrognathia
• glossotopsis
• cleft palate atau high-arched palate

Penjelasan singkat tentang PRS bisa dibaca di sini.

Jadi ceritanya gini, saat anak masih berupa janin, di dalam kandungan ibu, rahang bawahnya (dagu) gagal bertumbuh sehingga ukuran dagunya pun menjadi sangat kecil (atau disebut micrognathia), dan atau juga mundur (retrognathia), lalu karena dagunya gagal tumbuh, sementara lidahnya terus bertumbuh, maka lidah yang semakin besar akan mendorong palatum (langit mulut), hal ini menyebabkan palatum menjadi tinggi (high-arched palate) atau bahkan bolong (cleft palate), dan lidahnya yang berukuran normal pun jadi 'jatuh' di saluran nafas (glossotopsis), menutup jalan nafasnya.
Demikianlah kira-kira alkisah seorang bayi akhirnya terlahir dengan Pierre Robin Sequence, karena serangkain kejadian di dalam rahim ibu, sehingga disebut sequence.

PRS bisa berdiri sendiri, hanya trias PRS, tanpa kondisi penyerta maupun penyulit lainnya, atau disebut PRS isolated.
Namun PRS bisa juga menjadi bagian dari sindrom lainnya, atau biasa disebut PRS non isolated.
Kirana sendiri mengalami PRS non isolated, dengan beragam kondisi penyerta lainnya.

Oke, sekarang aku akan coba bahas trias PRS secara terpisah, satu per satu, dimulai dengan defek utama PRS yaitu micrognathia, berikut informasinya.

------------------
MIKROGNATI (MICROGNATHIA)
Mikrognati (baca : mi-kro-ge-na-ti) adalah istilah yang menggambarkan sebuah rahang bawah normal yang kecil. Pada mikrognati, rahang yang cukup kecil dapat mengganggu saat makan. Bayi dengan mikrognati mungkin perlu puting khusus sebagai alat bantu. Mikrognati mungkin kelainan yang sering terjadi pada anak. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kelainan bawaan dan sindrom tertentu.

Penyebabnya secara umum antara lain :
1.Pierre robin syndrome
2.Sindromhallerman-streiff
3.Trisomi 13
4.Trisomi 18
5.Turner syndrome
6.Progeria
7.Treacher collins syndrome
8.Smith lemli opitz syndrome
9.Russell silver syndrome
10.Sindrom Seckel
11.Sindrom Cri Du Chat
12.Sindrom Marfan

Manifestasi klinis pada mikrognati bisa dilihat dari pemeriksaan fisik. Ditemukannya bentuk serta ukuran rahang bawah yang lebih kecil dari ukuran normal. Pada bayi bisa didapatkan kesusahan dalam meminum sesuatu.

Mikrognati adalah salah satu penyebab abnormal aligment gigi. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan penutupan gigi karena sering kali tidak akan ada cukup ruang untuk tumbuh gigi. Mikrognati kadang tidak berdiri sendiri, misalnya pada sindrom pierre robin gejalanya mikrognati, hipoglossus, dan cleft palatum. Pada trisomi 18 gejalanya kelainan pada telinga, mikrognati, benjolan pada oksipital, panggul yang sempit, kaki rocker bottom. Pemeriksaan penunjang mungkin diperlukan seperti skull ray dan foto gigi.
Jika ada gejala lain yang mengindikasikan adanya faktor keturunan, dan sudah mengganggu pembedahan atau peralatan ortodontik mungkin dianjurkan.

PENYEBAB
Mikrognati bisa diwariskan secara genetik atau disebabkan oleh mutasi genetik. Pada sebagian kasus yg langka, penyebabnya masih belum diketahui.

SIMPTOM
Anak dengan mikrognati seringkali menunjukkan tanda gagal tumbuh (failure to thrive), suatu kondisi yg digambarkan dengan grafik pertumbuhan (growth chart) yg kurvanya memotong 2 garis.
Simptom mikrognati bisa bervariasi pada setiap anak,tapi bisa meliputi :
• apnea (henti nafas sementara saat tidur).
• kesulitan makan/minum.
• pemberian makan/minum yg membutuhkan waktu lama).
• nafas yg berisik (stridor).
• sulit tidur.
• kenaikan berat badan yg lambat atau sangat lambat.
• dalam beberapa kasus yg jarang, anak akan menjadi biru saat makan/minum atau saat tidur sbg akibat dr kesulitan bernafas.

PENANGANAN MIKROGNATI
Sebagian besar anak dg mikrognati tidak membutuhkan tindakan operasi. Penanganan mikrognati tanpa operasi meliputi :
• posisi tidur yg tepat yaitu tengkurap agar lidahnya tidak menutup jalan nafas
• Nasopharyngeal airways — berupa tuba fleksibel dg corong di ujungnya, dan bisa dimasukkan ke dalam saluran pernafasan untuk membuka jalan nafas. Jika cara sederhana ini tidak membantu,maka mungkin diperlukan tindakan operasi. Tindakan operasi meliputi :
• tongue-lip adhesion procedure.
• mandibular distraction osteogenesis (MDO).
• tracheostomy..

Sumber :
https://doktermaya.wordpress.com/2011/11/04/mikrognatia/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C6368539257 • http://www.chop.edu/service/plastic-and-reconstructive-surgery/conditions-we-treat/craniofacial-conditions/micrognathia.html

Semua sumber diakses tanggal 28/9/2014
-----------------------

Kirana sendiri tidak melakukan tindakan apapun terkait micrognathia-nya, cukup dengan wait and see, memperhatikan posisi tidur terutama di awal kehidupannya, dan kini dagunya pun catch up sendiri, terlihat dari hasil MRI di November 2015, bahwa dagunya dinyatakan normal.

Mengenai defek lainnya, akan coba dibahas di artikel selanjutnya yaah.