Senin, 12 Desember 2016

MENGATASI TANTRUM



Tantrum biasanya terjadi pada anak-anak, hal ini sudah dibahas di tulisan  sebelumnya, lalu bagaimana cara mengatasi tantrum?

Saat anak menjadi tantrum, saat itu orangtua mendapat kesempatan untuk lebih mengenal anak, apa yang menyebabkan anak menjadi tantrum dan bagaimana me-manage kondisi agar anak juga memahami bagaimana mengungkapkan keinginan dan emosi dengan baik.

Anak biasanya tantrum karena keinginannya tidak tercapai, maka orang tua sebaiknya tetap tenang saat anak mengalami tantrum, dan tetap konsisten, jika telah menolak keinginan anak, maka jangan lalu berubah jadi menuruti keinginan anak, karena anak akan belajar bahwa tantrum bisa menjadi senjata ampuh untuk mencapai keinginannya.
Hal lain yang mungkin memicu tantrum adalah mencari perhatian, sebagai contoh adalah saat ada kehadiran anggota keluarga baru yang menyita banyak perhatian (misal : adik bayi), anak bisa menjadi tantrum karena iri dan mencari perhatian.

Bagaimana jika hal seperti ini terjadi?
Imho orangtua perlu mencari tahu sumber penyebab yang membuat anak menjadi tantrum, untuk kemudian menemukan solusi, jika anak tantrum karena iri dan mencari perhatian, maka ada baiknya orangtua menyisihkan waktu khusus untuk anak, lakukan komunikasi agar anak mengetahui bahwa ayah dan ibu tetap menyayanginya, usahakan juga melibatkan anak dalam kegiatan-kegiatan yang memungkinkan untuk dibantu si kecil, berikan reward atas hal baik yang dilakukan anak, namun dengan tetap menjaga komitmen untuk tidak menuruti anak saat dia tantrum.

Jika anak tantrum dengan cara mengamuk, menyakiti diri sendiri, sebaiknya jangan meninggalkan anak sendirian, tapi tetap temani anak, awasi dia, singkirkan benda-benda yang bisa melukai anak, jika perlu, peluk anak dari belakang, tunggu anak sampai tenang (komunikasikan ini), setelah itu baru ajak anak bicara.

Banyak yang bertanya,"Kasih tuh pernah iri sama Kirana gak sih?", pertanyaan ini disampaikan karena Kirana adalah anak berkebutuhan khusus (ABK), yang sejak lahir otomatis banyak sekali menyita perhatian dan waktu, setiap minggu pasti ada minimal 1 hari yang kami habiskan untuk berada di RS untuk kontrol kondisi Kirana atau sekedar untuk terapi sesuai jadwal, apalagi aku seringkali meng-handle semuanya seorang diri.
Harus diakui bahwa mungkin aku pun belum baik dalam mengontrol semua hal, sepertinya seringkali justru aku lah yang menjadi tantrum heheheheehe.

Saat Kirana lahir, Kasih berusia 4 tahun, aku masih ingat bagaimana dia bersemangat saat diajak menjenguk Kirana, terlihat sekali Kasih yang sangat ingin melihat adiknya, namun sayangnya, Kasih tidak diijinkan masuk ke ruangan NICU, wajahnya tampak kecewa dan sedih, dan belakangan ini aku baru tahu kalau kala itu, dia menangis, Kasih sendiri yang bilang saat kami berjalan melewati pintu ruangan di mana dulu Kirana dirawat, Kasih bilang "Dulu aku masih umur 4 tahun nangis di situ.", dan ketika aku tanya kenapa nangis, dia bilang karena gak boleh masuk lihat dede.
Ini hanya gambaran bagaimana sebenarnya anak, meski masih kecil, ternyata juga menyayangi adiknya, dan aku yakin bahwa kakak tetap ingin menjadi baik dan menjaga adiknya.

Apakah dengan demikian Kasih gak pernah iri?
Tentu saja pernah, bagaimana pun sebenarnya Kasih juga masih perlu diperhatikan, namun di saat yang sama, dia telah menjadi seorang kakal dari adik yang spesial, pasti ini juga tak mudah bagi Kasih.

"Mama mah, dede mulu yang diurusin."
"Kenapa sih kita harus ke RS terus?"
"Kapan dede bisa jalan?"
"Adiknya si H sudah bisa jalan, lucu deh, padahal dia lebih kecil daripada dede."
Dll dll
Semua itu pernah terlontar dari mulut mungil Kasih.
Aku menyingkapi hal ini dengan menjelaskan kepada Kasih kondisi sebenarnya, berharap dia akan mengerti, meski mungkin hal ini terlalu rumit untuk dipahami seorang kakak yang usianya masih kecil.

Apakah Kasih pernah tantrum karena hal ini?
Dia protes, namun mungkin karena usianya dan karena kebiasaan untuk bicara, jadi memang tak sampai ke tahap mengamuk (kayaknya sih emake ini yang tantrum mulu hahahaahhaha).
Aku mengusahakan untuk melibatkan Kasih dalam pengasuhan Kirana, menyebut Kasih dengan 'asisten kecil mama', aku juga biasa berkomunikasi dengan Kasih maupun Kirana.

"Tunggu yaah Kirana, mama mau masak dulu buat mba Kasih, gantian yah, Kirana kan sudah minum, sekarang mba Kasih mau makan."
"Tunggu yah mba Kasih, mama suapin Kirana dulu, gantian yaah."
Kira-kira begitulah aku berusaha membuat Kasih agar dia tahu bahwa ada saat tertentu, Kasih akan didahulukan, dan sebaliknya, karena sulit bagiku untuk meluangkan waktu khusus berdua Kasih, tak ada yang aku percaya untuk dititipkan Kirana, apalagi dulu kondisi Kirana belum sebaik saat ini.
Kasih juga terlibat dalam pengasuhan Kirana, seperti mengambilkan popok, memilihkan baju ganti, menyuapi ASIP atau makanan, berbagi makanan, dll.

Aku mengusahakan agar semuanya dikomunikasikan, bahkan dengan Kirana meski dia masih non verbal, aku juga mencoba menjaga komitmen, yang tidak yah tetap tidak meski Kasih memaksa, bahkan mencoba membandingkan dengan Kirana.

Bagaimanapun aku tentu bukan ibu yang sempurna, namun konsisten dalam hal mengatasi tantrum atau anak yang merajuk, memang aku lakukan sejak Kasih masih kecil, dulu dia pernah juga tantrum yang menangis berteriak koq hehehehe.

Bagiku kunci utama mengatasi anak yang tantrum adalah komitmen, konsisten dan komunikasi.
Komunikasi dengan anak memerlukan eye contact dan posisi sejajar.
Ini juga aku terapkan pada Kirana.


Bekasi, 13 Desember 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar